“Saya sama sekali tak punya ide tentang bagaimana menjuarai Premier League. Ini musim penuh pertama saya di Premier League,” begitu jawaban Juergen Klopp, pelatih Liverpool, saat ditanyai perihal kans Si Merah bertakhta pada akhir musim nanti.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Sangat wajar apabila belakangan Klopp mendapatkan pertanyaan semodel ini.
Liverpool, yang ditukanginya sejak paruh kedua musim kemarin, saat ini tengah berbagi kursi singgasana Premier League 2016-2017, bareng Manchester City dan Arsenal, yang sama-sama telah meraih 23 poin dalam 10 gameweek.
Untuk pertama kali sejak musim 2013-2014, di mana Liverpool nyaris menyabet titel juara liga, hanya kalah dari Man City di pengujung garis finis, publik Anfield punya probabilitas cukup tinggi.
Walaupun dalam rentang 10 pekan di 2013/14 mereka sempat tiga kali memuncaki klasemen, sedangkan kali ini belum.
Tiga musim lalu, skuat yang masih ditukangi Brendan Rodgers itu sempat berada di tangga teratas pada pekan ke-3, 4, dan 7. Sementara itu, posisi tertinggi di musim 2016/17 adalah pos runner-up sementara, yang diduduki The Reds pada pekan perdana, pekan ke-7 dan ke-9.
Mengacu pada posisi di klasemen, harus diakui bahwa 10 pekan pertama 2013/14 di era Rodgers, posisi Liverpool memang lebih baik.
Akan tetapi, jika merunut pekan demi pekan, lawan demi lawan, maupun penampilan secara overall, generasi milik Klopp kali ini justru lebih baik.
Total 10 laga di 2013/14 menunjukkan rekor 6 menang dan masing-masing 2 kali seri dan kalah. Torehan gol mereka kala itu adalah 17 gol berbanding 10.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.712 |
Komentar