Eksodus para pilar kala itu juga meliputi Zlatan Ibrahimovic yang hijrah ke Inter bersama Patrick Vieira, Thuram dan Gianluca Zambrotta yang merapat ke Barcelona, serta Adrian Mutu yang terbang ke Fiorentina.
Pendek kata, Juve ibarat sudah terjatuh dan tertimpa tangga.
Namun, sebagian memilih tetap membela panji Si Nyonya Tua. Termasuk sang kapten Del Piero, Buffon, Pavel Nedved, David Trezeguet, dan Camoranesi.
Begitu pula pemain yang tengah naik daun kala itu seperti Giorgio Chiellini, Federico Balzaretti, Claudio Marchisio, dan Sebastian Giovinco.
Keberhasilan manajemen Juve menahan Buffon cs. menjadi titik awal dari upaya bangkit setelah hukuman demosi ke Serie B. Langkah pertama dari perjalanan panjang satu dekade, yang akhirnya mampu mengangkat kembali I Bianconeri ke level teratas Benua Biru.
Ada tiga langkah lanjutan, dan semuanya berjalan beriringan, yang membuat Juve bisa melakoni come back. Penunjukan pelatih, aksi cermat di lantai bursa pemain, dan keputusan untuk membangun stadion milik sendiri.
Faktor terakhir boleh jadi yang terpenting karena memungkinkan dua faktor lainnya terealisasi.
Empat musim awal sejak kembali promosi berlalu dengan catatan kurang impresif.
Publik Juve menjuluki rentang ini sebagai periode gersang. Penyebabnya tak lain adalah belum munculnya sosok pelatih yang tepat, meski deretan Claudio Ranieri, Ciro Ferrara, Alberto Zaccheroni, hingga Luigi Delneri, sudah coba dihadirkan.
Sementara itu, pada diri Pirlo, Juve tak mendapat gelandang tua berusia 32 tahun, tapi salah satu playmaker terbaik dunia karena dipegang dengan baik.
Pada musim panas 2011, kepingan demi kepingan mulai tersusun. Juventus Stadium, yang memungkinkan Juve terbebas dari biaya sewa stadion, mulai beroperasi, sehingga alokasi dana mulai bisa dialihkan ke pembelian pemain berkualitas.
Antonio Conte datang dengan visi anyar dan Andrea Pirlo mendarat dari AC Milan.
Pada diri Conte, yang baru memberikan promosi bagi Siena, Juve mendapatkan pelatih muda penuh gairah. Bukan lagi peracik strategi yang mulai memasuki usia senja.
Sementara itu, pada diri Pirlo, Juve tak mendapat gelandang tua berusia 32 tahun, tapi salah satu playmaker terbaik dunia karena dipegang dengan baik.
Musim tersebut, yang dimulai dengan tiga keputusan tepat, adalah awal dari apa yang bisa kita lihat sekarang. Juve tak hanya meraja di Serie A, tapi juga mulai disegani di Eropa. Loyalitas Buffon cs. di 2006 menyelamatkan klub.
Masuknya Conte dan Pirlo menandai fase akhir dari pembangunan klub pascaskandal calciopoli.
Keputusan demi keputusan, baik dari aspek teknis, taktis, manajerial, maupun ekonomi, nyaris tak pernah meleset. Setelah satu dekade, klub yang tertimpa krisis identitas, menjelma menjadi klub bertabur sukses.
[video]http://video.kompas.com/e/5187990644001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.711 |
Komentar