Liverpool FC melakoni start positif di Premier League 2016-2017. Hanya, faktor keroposnya pertahanan bisa menghancurkan peluang The Reds menjuarai liga teratas Inggris untuk kali pertama dalam 27 tahun.
Sampai pekan ke-9, Liverpool berada di posisi tiga besar klasemen. Mereka mengoleksi 20 angka, sama banyak dengan Manchester City dan Arsenal.
Akan tetapi, The Reds berada paling bawah di antara mereka karena faktor selisih gol.
Bukan soal produktivitas karena Liverpool menjadi tim tertajam untuk sementara dengan catatan 20 gol seperti Man City.
Pembeda di antara trio klub itu adalah mengenai ketangguhan pertahanan. Liverpool sudah kebobolan 11 kali, terbanyak di antara tim 6 besar klasemen.
Akibatnya, pasukan Juergen Klopp mencatat selisih surplus 9 gol, kalah dari Arsenal (+10) dan City (+11).
#WednesdayWisdom from @LucasLeiva87 on faith shown by the boss yesterday! pic.twitter.com/4N00wgUPfx
— Liverpool FC (@LFC) October 26, 2016
Secara statistik, Liverpool sebenarnya tak sering mendapatkan ancaman dalam laga. Mereka bahkan tercatat sebagai klub yang paling jarang menghadapi tembakan dari lawan musim ini.
Lini belakang Reds cuma menghadapi 7,9 percobaan per partai alias yang terminim di liga musim ini.
Ancaman buat Liverpool lebih sedikit daripada Man City (8,8 tembakan lawan per partai) dan Arsenal (10,9). Masalahnya, statistik itu justru mencuatkan kelemahan Dejan Lovren cs.
Baca Juga:
- Dengan atau Tanpa Rooney, Inggris Tetap Dihantui Masalah
- Legenda Timnas Italia Raih Gelar Juara Divisi II Liga China
- Ini 3 Opsi Strategi Juventus Tanpa Paulo Dybala
Perbandingan peluang lawan yang minim dengan angka kemasukan yang tinggi membuktikan musuh-musuh Liverpool tak perlu sering-sering melepas tembakan untuk mencetak gol.
Terjadinya 2-3 kesalahan saja di area pertahanan bisa berakibat gawang The Reds kebobolan. Bukti nyata terhampar pada laga kontra West Bromwich Albion yang dimenangi pasukan Klopp 2-1 (22/10/2016).
Gol West Brom yang dicetak bek Gareth McAuley menjadi satu-satunya percobaan tepat sasaran yang mereka miliki ke gawang The Reds kala itu!
Rentannya lini belakang terbukti menjadi problem yang mengancam asa Liverpool menjuarai Premier League, bahkan sejak beberapa musim terakhir.
Sejarah membuktikan hanya ada 3 klub yang mampu mengakhiri kompetisi sebagai kampiun setelah menderita kebobolan lebih banyak dari Liverpool dalam 9 pekan perdana.
Mereka adalah Leicester City 2015-2016 (17 gol), serta Manchester United 2012-2013 (13 gol) dan 2010-2011 (12 gol).
Kenangan buruk soal keroposnya sektor defensif paling menghantui Liverpool pada sprint akhir musim 2013-2014.
Periode itu menjadi kali terakhir Si Merah sangat dekat dengan trofi Premier League. Pada pekan ke-36, Liverpool dan Man City sama-sama mengemas 80 poin.
Perbedaan hasil di pekan ke-37 berperan krusial menentukan skenario juara. City menekuk Aston Villa 4-0, sedangkan Liverpool kehilangan poin akibat skor imbang 3-3 di kandang Crystal Palace.
Padahal, Luis Suarez dkk ketika itu sempat unggul 3-0 sampai menit ke-78. Apes bagi Liverpool, rentannya fokus di lini belakang membuat Palace mencetak trigol balasan dalam 11 menit terakhir!
84 - Jumlah poin yang dikumpulkan Liverpool pada akhir musim 2013-2014. Mereka terpaut minus dua angka dari sang juara, Manchester City (86).
Hanguslah dua poin The Reds. Mereka jadi punya 81 angka, sedangkan Man City 83.
Titel pun melayang ke kubu Manchester Biru berkat kemenangan atas West Ham di pekan pamungkas, walau Liverpool juga sukses memukul Newcastle.
Si Merah menuntaskan kompetisi dengan koleksi 101 gol, tapi kemasukan 50 kali - terbanyak di antara tim 5 besar klasemen.
Karena masalah ini, Klopp berharap pasukannya dapat memperkuat diri demi menghidupkan asa meraih gelar.
"Kami harus lebih baik. Tim ini belum mencapai level seratus persen. Kami bisa memperbaiki diri dalam bertahan, menyerang, dan menciptakan peluang," kata lelaki Jerman berusia 49 tahun itu kepada BBC Sport.
[video]http://video.kompas.com/e/5184038428001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar