Garis takdir seperti menuntun Vincenzo Montella untuk selalu mengikuti jejak Sinisa Mihajlovic.
Penulis: Sem Bagaskara
Semuanya berawal di Catania. Vincenzo Montella diangkat sebagai peramu taktik Catania pada 2011 alias setahun setelah Sinisa Mihajlovic mengundurkan diri dari pos pelatih klub yang bermarkas di Angelo Massimino itu.
Usai meninggalkan Catania, klub Serie A yang diarsiteki Miha berturut-turut adalah Fiorentina (2010-2011), Sampdoria (2013-2015), dan Milan (2015-2016), sebelum akhirnya kini berlabuh ke Torino.
Jalur identik dilalui oleh Montella. Selepas menukangi Gli Elefanti, julukan Catania, ia kemudian melatih Fiorentina (2012-2015), Sampdoria (2015-2016), dan sekarang Milan.
Praktis, Montella nyaris selalu mewarisi tim bentukan Mihajlovic.
“Mihajlovic adalah titik referensi saya di Milan sebab ia meninggalkan sesuatu yang bagus,” kata Montella di Milan TV.
Montella sebenarnya tak secara langsung mewarisi Milan racikan Mihajlovic. Cristian Brocchi sempat mengisi pos kursi pelatih Milan usai Miha menerima vonis pemecatan pada April 2016.
Cuma, tetap saja Milan 2015-2016 bakal dikenang sebagai tim Miha.
Seperti kata Montella, Mihajlovic meninggalkan fondasi kokoh. Pelatih asal Serbia itu adalah pelatih Milan pertama yang mau bersabar dan memberikan kepercayaan lebih kepada M’Baye Niang, figur andalan Montella musim ini.
Jangan lupakan pula Alessio Romagnoli. Mihajlovic adalah alasan Romagnoli mau pindah ke Milan. Romagnoli merasa berutang budi kepada sosok yang mematangkannya di Sampdoria pada 2014-2015 itu.
Langkah penting lain Miha selama periode yang singkat melatih Milan jelas adalah keputusannya memainkan banyak talenta lokal, terutama jebolan akademi klub.
“Saya tak memikirkan usia. Saya hanya melihat apakah seseorang bagus atau tidak,” kata Mihajlovic.
Atas dasar itu, Mihajlovic berani menjadikan remaja 16 tahun bernama Gianluigi Donnarumma sebagai kiper nomor satu Milan di musim 2015-2016.
Porsi bermain ekstra juga diberikan kepada Davide Calabria.
Pemilik nama terakhir ini menuai debut Serie A di era kepelatihan Filippo Inzaghi (2014-2015). Akan tetapi, tak bisa dimungkiri jika Mihajlovic adalah orang penting di balik perkembangan kariernya.
Hal yang sama terjadi kepada Manuel Locatelli.
Dia sudah dicoba Miha saat Milan bertarung di Trofeo San Nicola 2015, turnamen yang juga diikuti Inter Milan dan Bari.
Locatelli lantas diberikan debut oleh Brocchi dan kini kian bertumbuh di bawah kendali Montella.
Fondasi kuat bentukan Miha memudahkan kinerja Montella. Tugas pelatih beralias L’aeroplanino (Si Pesawat Kecil) itu tinggal memoles dan mempercantik tim.
Poros Italia masih dipertahankan Montella. Cuma, tak seperti Miha yang suka mengutak-atik formasi, L’aeroplanino setia dengan 4-3-3.
Giacomo Bonaventura, yang di era Miha lebih sering mentas sebagai sayap kiri, kini nyaman bertugas sebagai mezz’ala (gelandang luar).
Aroma Negeri Piza kian kental karena Montella juga begitu percaya kepada Gabriel Paletta, sosok yang sempat “disingkirkan” Miha ke Atalanta pada 2015-2016.
Jangan heran jika setiap posisi di sektor defensif Milan musim ini nyaris selalu diisi oleh pesepak bola Italia.
“Awalnya, saya berpikir Montella datang dan akan merombak segalanya. Sebaliknya, ia bekerja secara bertahap dan hal itu membantu untuk menjaga atmosfer rileks,” kata Bonaventura.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar