Nama Kebun Bunga lebih dikenal sebagai sebuah situs bersejarah yang menandai salah satu permukiman etnis Tionghoa di Kota Medan. Di sana, ada makam Tjong Yong Hian, tokoh yang berkontribusi membangun Kota Medan pada masa lampau.
Penulis: Abdi Panjaitan/Ferry Tri Adi
Setidaknya hal itu tertera dalam penelitian Betsy Edith Christie dan Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan berjudul "Permukiman Etnis China di Medan pada Akhir Abad Ke-19 Sampai Awal Abad Ke-20" dari Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Tak hanya itu, di situs tersebut juga terdapat jembatan yang diberi nama Jembatan Kebajikan. Jembatan itu menjadi sarana agar etnis Tionghoa dapat berhubungan dengan etnis lain.
Ternyata, Jalan Kebun Bunga itu tak hanya jadi saksi adanya permukiman etnis Tionghoa di Medan, tetapi juga sepak bola Medan. Kini, Jalan Kebun Bunga menjadi Jalan Kejaksaan.
Singkat cerita, nyatanya olahraga di Medan sudah berkembang di kawasan tersebut, yang dulu dikenal kawasan Parkstraat. Sejumlah sarana olahraga dibangun di sana sejak tahun 1915, mulai dari lapangan sepak bola, tenis, dan hoki.
Baca Juga:
- Ryan Giggs Ingin Gelandang Real Madrid Ini Gantikan Paul Scholes
- Angga/Ricky Kalah, Indonesia Tanpa Gelar pada Denmark Terbuka
- Piala Futsal AFF 2016 di Bangkok Resmi Dibatalkan
Lapangan sepak bola yang dimaksud tentu Lapangan Kebun Bunga. Sejak 1920, di lapangan tersebut kerap digelar pertandingan sepak bola khusus menghibur masyarakat Medan.
Para tuan kebun maupun pegawai pemerintahan tercatat paling rajin menonton sepak bola di sana.
Pembangunan Karakter
Lapangan Kebun Bunga sudah memiliki tribun kala itu. Namun, menyambut penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) III tahun 1953, "lapangan" sepak bola dibangun dengan nama Stadion Kebun Bunga.
Stadion yang terletak di Jalan Kejaksaan, Petisah Tengah, Medan Petisah, Kota Medan, Sumatra Utara, itu menjadi bagian tersendiri untuk PSMS Medan. Sebelum tahun 1950, PSMS bernama VMBO (Voetbalbond Medan en Omstreken).
"Di sinilah PSMS pada era 1976, 1969, dan 1971 hingga 1980-an banyak melahirkan pemain bintang," kata Amrustian, salah satu mantan pemain PSMS era juara perserikatan 1985.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar