Belum lagi pemilihan pemain semacam Eko Purjianto, yang sebelumnya hampir setahun tidak bermain akibat cedera; belum menggigitnya duet Kurniawan Dwi Yulianto dan Peri Sandria di lini depan; hingga kegagapan menerapkan taktik racikan Danurwindo sebagaimana dikisahkan di Tabloid BOLA 652 edisi minggu kedua September 1996.
Baca Juga:
- Pilihan Ban yang Tepat Antar Marquez Raih 'Pole Position'
- Persib Segel Tripoin Lewat Gol Perdana Pemain Berusia 20 Tahun
- AC Milan Vs Juventus: Rivalitas yang Memudar
Faktor terakhir memang sangat mengganggu, terutama bagi lini belakang. Ketika itu, Danurwindo memang menerapkan skema baru 3-5-2.
"Pola pertahanan yang diterapkan Mas Danurwindo sangat sulit diikuti. Saya sangat keteteran dengan posisi tiga bek sejajar," tutur bek senior Robby Darwis ketika itu.
"Repot sekali karena saya harus sering melakukan sprint untuk menutup celah yang ditinggalkan rekan-rekan. Lebih enak jika saya ditempatkan sebagai libero seperti posisi saya sebelumnya," ucap Robby lagi.
Kendala itu memang belum terlihat di fase grup. Indonesia memuncaki klasemen Grup A dan menjadi tim paling subur dengan mencetak 15 gol dan cuma kebobolan tiga.
Petaka baru tiba di semifinal. Menghadapi Malaysia, yang juga mengemas 15 gol di fase grup, Indonesia kalah 1-3. Harapan meraih perunggu pun musnah setelah kembali kalah 2-3 dari Vietnam.
Gelar juara akhirnya betul-betul diraih oleh Thailand. Tim Gajah Perang meraja di periode yang disebut sebagai era keemasan sepak bola Asia Tenggara setelah mengalahkan Malaysia lewat gol tunggal Kiatisuk.
Gelar pencetak gol terbanyak turnamen ini diraih oleh Sritong-in. Adapun Zainal meraih penghargaan sebagai Pemain Terbaik.
[video]http://video.kompas.com/e/5181007543001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar