Set pertama berakhir dalam durasi 39 menit dan menjadi milik Li Na dengan keunggulan 6-4.
Baca Juga:
- Kiper Gibraltar Bercanda setelah Kebobolan dalam Waktu 8,1 Detik pada Debutnya
- Bawa Neymar dkk ke Puncak Klasemen, Pelatih Brasil Hanya Ingin Bertemu Ibu
- Kiper Paraguay Memang Sudah Tahu Arah Tendangan Penalti Aguero
Pertarungan hebat tersaji pada set kedua. Li Na berhasil unggul lebih dulu dengan skor 4-2. Namun, Schiavone mampu mendapatkan break point sehingga menjadikan skor imbang 4-4 pada game kedelapan.
Schiavone pun berbalik unggul 5-4 dan lebih dulu dalam posisi diuntungkan untuk memaksa Li Na bakal memainkan set ketiga karena unggul 6-5.
Akan tetapi, Schiavone gagal mematahkan servis Li Na untuk memastikan kemenangan pada set kedua. Alhasil, pertandingan harus dilanjutkan lewat tie-break.
Li Na pun kembali tampil impresif dan dengan memetik tujuh poin beruntun. Ia pun langsung menjatuhkan badan dan menangis bahagia ketika pukulan backhand petenis asal Italia itu keluar lapangan saat mendapatkan poin penentuan.
"Saat unggul 6-0 pada tie-break, saya berpikir, 'oke, jangan melakukan hal bodoh' karena sudah sering saya gagal mendapatkan poin penentuan," tutur Li Na.
Kesuksesan Li Na diperkirakan disaksikan 65 juta orang lewat televisi dan online di China. Ia pun menjelma menjadi sosok bintang besar dan berharap kesuksesannya dapat memberikan motivasi besar bagi penerusnya.
"Jika petenis China bisa memenangi grand slam, berarti tenis China patut diperhitungkan. Saya yakin tenis China akan terus lebih besar ke depannya," ucapnya.
Li memutuskan pensiun sebagai petenis profesional saat berusia 32 tahun, tepatnya pada 19 September 2014. Ia mengakhiri karier dengan menempati posisi keenam peringkat dunia.
Sepanjang perjalanan karier profesional, Li Na memenangi dua gelar grand slam. Selain di Prancis Terbuka 2011, petenis yang sekarang berusia 34 tahun ini juga pernah menjadi juara di Australia Terbuka pada 2014.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar