Setali tiga uang dengan Maladi, almarhum Maulwi Saelan juga merupakan seorang kiper semasa aktif bermain. Ia juga akrab dengan dunia militer.
Maulwi harus berjuang menentukan prioritas. Pria bernama lengkap Surachman itu memulai karier sepak bola di klub MOS (Main Oentoek Sport) Makassar.
Ketika sudah masuk CPM (Corps Polisi Militer), tahun 1951 ia kembali ke Jakarta dan diperintahkan membuka pos di Cimahi, Bandung. Naluri sebagai pesepak bola tak luntur.
Ia kembali menekuni bal-balan bersama Indonesia Muda Bandung. Sejak saat itulah kariernya mulai menemui arah hingga menembus skuat timnas yang berlaga di Olimpiade Melbourne 1956.
Usai bersama timnas lebih kurang 10 tahun, dari 1951 hingga 1961, Maulwi mulai intensif kembali ke jalurnya sebagai tentara. Pada 1963, Maulwi menjadi Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa dengan pangkat kolonel.
Akhir karier kemiliterannya ialah ajudan Presiden Soekarno. Setelah itu ia menjabat sebagai Ketua Umum PSSI periode 1964-1967.
Seakan terjadi de javu buat PSSI. Jalan hidup Saelan nyaris sama dengan Maladi.
Karier sama antara Maulwi dan Maladi di dunia sepak bola Tanah Air seperti sebuah fenomena yang sulit terulang kembali: menjadi kiper andalan timnas dan setelah pensiun menjadi Ketua Umum PSSI.
Berbeda dengan pemilihan Ketua Umum PSSI beberapa tahun terakhir, pada era Maladi dan Saelan tak ada semacam kampanye calon. Kongres sendiri hanya memuat agenda pengukuhan ketua umum.
Presiden kala itu, Soekarno, yang memilih sendiri sosok yang berhak menjadi PSSI 1.
“Pak Wahab, Maladi, dan Bung Karno berdiskusi siapa yang akan menjadi Ketua Umum PSSI berikutnya. Nama saya kemudian muncul dalam diskusi itu," kata Saelan.
"Saya sebenarnya tidak mengetahui pembicaraan itu karena sedang di Istana Negara. Kemudian saya diundang dan diresmikan di Kongres PSSI. Semua peserta kongres setuju saya menjadi Ketua Umum PSSI," tuturnya.
Buah tangan kerja keras Saelan selama menjadi orang nomor satu PSSI adalah Piala Suratin. Edisi perdana Piala Suratin digelar pada April 1966, yang juga sebagai peringatan Hari Ulang Tahun PSSI.
“Ketika saya menjadi Ketua Umum PSSI menggantikan Pak Wahab, saya melihat masalah utama sepak bola Indonesia ialah adanya jarak antara pemain senior dan junior. Makanya saya bentuk Piala Suratin untuk usia 19, 20, dan 21 tahun,” ujar Maulwi beberapa waktu lalu kepada BOLA.
[video]http://video.kompas.com/e/5165085032001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar