Tak hanya kalangan militer yang bertarung memperebutkan kursi PSSI-1 masa jabatan 2016-2020. Mantan pesepak bola juga mencari peruntungan menjadi Ketua Umum PSSI.
Penulis: Ferry Tri Adi
Sejarah sepak bola Indonesia mencatat ada dua eks pesepak bola lain yang mengisi kursi PSSI-1 pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Djohar Arifin Husin dan Kurniawan Dwi Yulianto kini bertarung menjadi Ketua Umum PSSI.
Nama Djohar memang tak tenar sebagai pesepak bola. Namun, dirinya sempat bermain buat PSL Langkat pada 1968 hingga 1969.
Karier sepak bola Djohar berlanjut di klub papan atas kala itu, PSMS Medan, pada 1973-1976. Perjalanan sepak bola mantan Ketua Umum PSSI 2011-2015 itu berhenti sampai di situ. Ia lalu melanjutkan karier sebagai wasit nasional pada 1976 hingga 1987.
Lain hal dengan Kurniawan, yang menjadi bintang pada masanya. Pada era 1900-an, Si Kurus, sapaan akrabnya, pernah bermain di FC Luzern (Swiss) dan Sampdoria (Italia).
Klub besar Tanah Air semisal Persija, Persebaya, dan PSM sempat mencicipi jasanya. Pemain yang bermain sebagai striker itu juga menjadi andalan di timnas sejak 1995 hingga 2006.
Baca Juga:
- Inggris Ditahan Slovenia, Southgate Berutang Budi kepada Hart
- Iran-Arab Bertakhta, Korsel-Jepang Tergelincir
- Catat Kemenangan Ke-94, Joachim Loew Raih Tripoin Mudah atas Irlandia Utara
Baik Djohar maupun Kurniawan bukan yang pertama meneruskan jejak sepak bolanya hingga masuk bursa calon Ketua Umum PSSI. Sebelumnya, ada nama Raden Maladi dan Maulwi Saelan, mantan pesepak bola yang berkarier di federasi sepak bola Indonesia.
Posisi Kiper
Maladi memang tak banyak diketahui publik Tanah Air sebagai pesepak bola. Namanya dikenal lewat Stadion Sriwedari yang pernah diubah menjadi Stadion R Maladi atau dari kariernya di pemerintahan Indonesia.
Ia pernah menjabat Menteri Penerangan (1959-1962) serta Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (1964-1966). Sebelum berkarier di pemerintahan, ternyata Maladi mengisi kursi PSSI-1 masa jabatan 1950 hingga 1959. Dia menggantikan Artono Martosoewignyo.
Sebelum menduduki kursi Ketua Umum PSSI, Maladi aktif menjadi pesepak bola. Pria kelahiran Surakarta, 30 Agustus 1912, itu menempati posisi kiper.
Boleh dibilang Maladi ialah kiper pertama yang membela timnas Indonesia. Dalam buku Drama Itu Bernama Sepak Bola, kisah permainan Maladi terlukis.
Pada 1935 muncul wacana pembentukan tim nasional setelah PSSI dan NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie)--kubu Belanda yang setuju bekerja sama dengan PSSI--menandatangani gentlemen’s agreement.
Pada 1937 timnas dibentuk dengan titel PSSI Elftal. Mereka mampu menahan imbang klub asal China, Nan Hwa, dengan skor 2-2 di Semarang, 7 Agustus 1937.
Tanggal itu diasumsikan sebagai debut resmi Indonesia. Dari laporan koran Sin Tit Po, harian Surabaya, edisi Senin, 9 Agustus 1937, Maladi mengisi pos kiper pada partai tersebut.
Maladi merupakan kiper Persis Solo yang selalu ditunggu kehadirannya. Tidak hanya oleh penonton, tetapi juga para petaruh.
Apalagi jika Persis bertanding melawan PSIM Yogyakarta. Ada atau tidaknya Maladi di bawah mistar Persis menjadi acuan para petaruh.
Jika Maladi absen, maka para petaruh tidak berani memberikan voor tinggi. Bagi mereka, Persis tanpa Maladi dianggap Persis kelas dua.
Setelah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, Maladi kemudian ditunjuk menjadi Ketua Kogor (Komando Gerakan Olahraga) yang bertugas mempersiapkan Asian Games IV 1962 Jakarta. Ia juga menempati posisi sentral seperti Wakil Presiden FIFA untuk Asia.
Ketika Indonesia memutuskan keluar dari keanggotaan Komite Olimpiade Internasional (IOC), Maladi dipercaya menjalani peran berat melaksanakan Olimpiade tandingan bernama Ganefo (Games of the New Emerging Forces), pada 10-22 November 1963, atas perintah Soekarno.
Setali tiga uang dengan Maladi, almarhum Maulwi Saelan juga merupakan seorang kiper semasa aktif bermain. Ia juga akrab dengan dunia militer.
Maulwi harus berjuang menentukan prioritas. Pria bernama lengkap Surachman itu memulai karier sepak bola di klub MOS (Main Oentoek Sport) Makassar.
Ketika sudah masuk CPM (Corps Polisi Militer), tahun 1951 ia kembali ke Jakarta dan diperintahkan membuka pos di Cimahi, Bandung. Naluri sebagai pesepak bola tak luntur.
Ia kembali menekuni bal-balan bersama Indonesia Muda Bandung. Sejak saat itulah kariernya mulai menemui arah hingga menembus skuat timnas yang berlaga di Olimpiade Melbourne 1956.
Usai bersama timnas lebih kurang 10 tahun, dari 1951 hingga 1961, Maulwi mulai intensif kembali ke jalurnya sebagai tentara. Pada 1963, Maulwi menjadi Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa dengan pangkat kolonel.
Akhir karier kemiliterannya ialah ajudan Presiden Soekarno. Setelah itu ia menjabat sebagai Ketua Umum PSSI periode 1964-1967.
Seakan terjadi de javu buat PSSI. Jalan hidup Saelan nyaris sama dengan Maladi.
Karier sama antara Maulwi dan Maladi di dunia sepak bola Tanah Air seperti sebuah fenomena yang sulit terulang kembali: menjadi kiper andalan timnas dan setelah pensiun menjadi Ketua Umum PSSI.
Berbeda dengan pemilihan Ketua Umum PSSI beberapa tahun terakhir, pada era Maladi dan Saelan tak ada semacam kampanye calon. Kongres sendiri hanya memuat agenda pengukuhan ketua umum.
Presiden kala itu, Soekarno, yang memilih sendiri sosok yang berhak menjadi PSSI 1.
“Pak Wahab, Maladi, dan Bung Karno berdiskusi siapa yang akan menjadi Ketua Umum PSSI berikutnya. Nama saya kemudian muncul dalam diskusi itu," kata Saelan.
"Saya sebenarnya tidak mengetahui pembicaraan itu karena sedang di Istana Negara. Kemudian saya diundang dan diresmikan di Kongres PSSI. Semua peserta kongres setuju saya menjadi Ketua Umum PSSI," tuturnya.
Buah tangan kerja keras Saelan selama menjadi orang nomor satu PSSI adalah Piala Suratin. Edisi perdana Piala Suratin digelar pada April 1966, yang juga sebagai peringatan Hari Ulang Tahun PSSI.
“Ketika saya menjadi Ketua Umum PSSI menggantikan Pak Wahab, saya melihat masalah utama sepak bola Indonesia ialah adanya jarak antara pemain senior dan junior. Makanya saya bentuk Piala Suratin untuk usia 19, 20, dan 21 tahun,” ujar Maulwi beberapa waktu lalu kepada BOLA.
[video]http://video.kompas.com/e/5165085032001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar