Namun, tahapan ini bukan menjadi hal umum dalam persiapan tim. Bisanya, menu latihan fisik ada di periode pertama. Tapi, Riedl menempatkannya di pertengahan.
Terlebih lagi, sudah memasuki satu bulan terakhir dari ajang yang akan diikuti sehingga rawan membuat kebugaran pemain malah melorot.
“Riedl punya cara tersendiri. Toh latihan fisik era sekarang tak melulu fisik 100 persen. Dengan waktu yang mepet, dia akan memprioritaskan latihan yang hanya akan berguna dalam pola permainannya. Tidak yang lain,” kata Danurwindo, pelatih senior nasional.
Pandangan serupa juga diutarakan pelatih Gresik United, Eduard Tjong.
“Riedl tentu sudah menyiapkan program dengan mendahulukan taktik dan teknik. Dia ingin mematangkannya sebelum melangkah pada fisik. Bagi saya itu tak masalah,” ujar eks pelatih timnas U-19 itu.
Butuh Pelatih Fisik?
Sementara itu, komposisi tim pelatih tanpa diisi pelatih fisik menjadi tanda tanya. Mampukah Riedl cs meningkatkan fisik pemain ke level ideal?
“Saya berharap timnas memiliki pelatih fisik berkualitas. Fisik menjadi modal penting dalam semua pola permainan sehingga perlu diperhatikan 100 persen," ucap Salahuddin.
"Salah satu caranya adalah menempatkan pelatih fisik di dalamnya," tutur jebolan skuat SEA Games 1991 yang mendapat tempaan fisik dari pelatih Anatoli Polosin.
Berbeda dari Salahuddin, Danurwindo mencoba percaya kepada kualitas Riedl.
“Seharusnya memang ada pelatih di setiap bidangnya. Tetapi, kalau memang Riedl cukup menguasai, saya rasa tak masalah tanpa pelatih fisik,” ujarnya.
Pada era sebelumnya, khususnya di Piala AFF 2014, Riedl menempatkan Muchtar sebagai pelatih fisik di timnas.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar