Tim nasional Spanyol membuka lembaran baru secara cemerlang di bawah rezim Julen Lopetegui. Sepasang kemenangan atas Belgia (2-0) dan Liechtenstein (8-0) pada awal September mengindikasikan bahwa La Furia Roja telah melupakan kegagalan di Euro 2016.
Penulis: Indra Citra Sena
Di Piala Eropa 2016, kiprah Spanyol terhenti di babak 16 besar akibat menyerah dua gol tanpa balas dari Italia.
Hasil negatif ini terbilang aib bagi penyandang predikat juara bertahan sekaligus satu-satunya tim yang mampu menjuarai Euro dua edisi beruntun.
Kegagalan Spanyol memicu dinamika di sektor manajerial, di mana Vicente del Bosque memutuskan meletakkan jabatan yang sudah ia pegang sejak 2008.
Federasi Sepak bola Spanyol (RFEF) lantas menunjuk Julen Lopetegui sebagai pengganti per 21 Juli 2016.
Keraguan muncul di benak publik Negeri Matador. Bagaimana bisa RFEF memercayakan pelatih minim pengalaman seperti Lopetegui yang karier internasionalnya baru sebatas menangani tim-tim junior Spanyol, mulai dari U-17, U-19, U-20, dan U-21?
Namun, keraguan publik langsung lenyap kala Lopetegui membawa Spanyol memetik kemenangan beruntun.
Dia bak membangkitkan kembali superioritas David Silva dkk di atas lapangan yang sempat meredup selama dua tahun belakangan.
Media-media lokal lantas membandingkan start Lopetegui dengan pelatih-pelatih tersukses Spanyol sekaliber Jose Villalonga, Luis Aragones, dan Del Bosque.
Ketiganya adalah nakhoda La Furia Roja yang pernah mempersembahkan prestasi bergengsi di level internasional.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.704 |
Komentar