Jakmania, sebutan bagi suporter Persija Jakarta, bahagia tak terkira saat Bambang Pamungkas terlihat berlatih dengan Tim Macan Kemayoran pada 25 April 2016 silam. Kehadiran Bepe, julukan sang pemain, adalah jawaban dari kerinduan berbulan-bulan.
Penulis: Andrew Sihombing/Gonang Susatyo
Sebelumnya, Bepe terakhir kali membela Persija pada Piala Presiden 2015. Ia kemudian absen saat Piala Jenderal Sudirman dan Piala Bhayangkara karena menolak turnamen yang sedang marak berlangsung sebagai pengisi kekosongan kompetisi ketika sepak bola Tanah Air disanksi FIFA.
Keputusan itu sesuai dengan kapasitasnya sebagai salah satu pengurus Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia.
Yang membuat penasaran, Bepe selalu tutup mulut soal rencana masa depannya ketika itu. Ia tak mau berkomentar soal Persija atau klub mana pun, termasuk saat menggelar konferensi pers perkenalannya sebagai motivator lima hari sebelum berlatih bersama Persija itu.
Baca Juga:
- Alami Pendewasaan, Balotelli Dinilai Layak Masuk Timnas
- Menuju Markas Persegres, Pelatih Arema Khawatir soal Parkir Bus
- Ihsan Langsung Terdepak dari Thailand Terbuka
Bepe memang punya tempat spesial di hati Jakmania. Persija bukan sekadar rumah bagi bintang kelahiran Getas, Semarang, tersebut, melainkan istana tempatnya meraja.
Sebagian besar dari hampir dua dekade karier profesionalnya dihabiskan bersama tim ibu kota. Beberapa kali ia "merantau", seperti ke EHC Norad, Selangor, maupun Pelita Bandung Raya. Tapi, ke Persija juga akhirnya ia kembali.
Dua Posisi
Bepe akan kembali mencetak gol demi gol seperti yang dilakukannya selama ini, demikian isi kepala Jakmania saat Bepe melakoni debutnya dalam Kejuaraan Sepak Bola Torabika (TSC) 2016 kontra Perseru Serui pada 22 Mei 2016.
Terlebih, Bepe tampil bagus dalam laga tersebut kendati tidak mencetak gol. Tapi, harapan tinggal harapan.
Selama 12 partai sejak menghadapi Perseru tersebut, suami dari Tribuana Tungga Dewi itu tak kunjung berhasil menjebol gawang lawan.
Bepe memang menciptakan sepasang assist, tapi tentulah itu tak cukup bagi pemain di posisi ujung tombak.
Nasib Bepe bahkan lebih suram saat tongkat kepelatihan Persija tak lagi pada Paolo Camargo, yang sering mendaulatnya sebagai starter.
Bepe hanya sekali tampil pada sepak mula dalam empat partai di bawah polesan caretaker Jan Saragih. Dalam tiga laga awal putaran kedua TSC saat Persija ditukangi Zein Al Hadad, Bepe malah belum pernah diturunkan.
Bahkan Bepe sempat tidak masuk daftar pemain dalam partai kontra Persela. Sang pemain kembali menjadi cadangan dalam partai versus Perseru akhir pekan lalu.

Mamak, sapaan Al Hadad, lebih suka mencoba Djibril Coulibaly ataupun Rodrigo Tossi. Adapun Bepe bisa jadi bakal makin tersingkir setelah Persija mendatangkan mantan pujaan suporter, Emmanuel "Pacho" Kenmogne dan Greg Nwokolo.
Apakah ini berarti Bepe sudah kehilangan mahkotanya di Persija? Mungkin saja. Tetapi, bila bertanya pada Mamak, sang pelatih membantahnya.
"Bambang tetap masuk dalam skema saya. Pengalamannya masih dibutuhkan tim. Dia juga menjadi teladan bagi pemain lain. Jadi, siapa pun yang tidak diturunkan bukan berarti mereka disingkirkan. Semuanya demi memenuhi kebutuhan tim," kata Mamak.
Namun, sang pelatih sendiri menyebut ia lebih suka penyerang yang juga bisa tampil di posisi lain. Kecenderungan ini yang membuat Rachmat Affandi bahkan lebih diuntungkan dibanding Bepe.
"Pemain depan harus bisa bermain sebagai gelandang serang atau sayap. Mereka harus bermain di dua posisi seperti yang dilakukan Rachmat (saat uji coba melawan PSS). Terbukti, Rachmat malah bisa mencetak gol sebagai gelandang serang," kata Mamak.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar