Penguasaan Bola
Permasalahan paling mencolok dari Madrid di musim ini memang ketajaman. Mereka tak pernah memiliki problem dalam menciptakan peluang, tapi kerap kesulitan mengoptimalkannya menjadi gol. Buktinya, di setiap laganya, total tembakan yang dicetak bisa hampir bahkan melewati angka 20.
Cuma, dari rentetan tembakan ini, yang tepat sasaran maupun yang berujung gol hanya segelintir.
Ya, Madrid hanya mengemas 22 gol dalam sembilan partai di seluruh kompetisi. Jika dibandingkan, trio BBC dalam rentang yang sama di musim lalu, sudah mencetak 18 gol. Saat ini baru 7 gol.
Berkurangnya daya gedor mau tak mau dipengaruhi absennya Casemiro. Maklum, tanpa satusatunya gelandang bertahan murni ini, personel lain harus ikut berkontribusi dalam mengawal pertahanan.
Imbasnya, sengatan menjadi tidak sebebas biasanya, dan secara otomatis gol pun ikut terkebiri.
Masalah lain yang timbul saat Casemiro absen adalah melemahnya konsentrasi di lini belakang. Terutama pada saat laga memasuki 10 menit terakhir.
Baik gol Las Palmas maupun Dortmund, yang memaksa skor menjadi imbang, sama-sama lahir setelah menit ke-80, di saat seluruh personel mulai kelelahan akibat memerankan tugas ganda.
Sisi minus lainnya adalah faktor menguapnya ball possession. Ketika menjalani laga-laga di 2015/16 sejak dipegang Zidane, Madrid hanya empat kali takluk dari aspek penguasaan bola.
Di musim ini, Madrid telah berada dalam posisi inferior sebanyak tiga kali, hanya dalam sembilan partai.
Jika menarik korelasi antara unggul ball possession dan kebobolan, kaitannya cukup kuat bagi Madrid. Persentase kebobolan Madrid hanya 23% saat menguasai persentase penguasaan bola hingga 87% di 2015/16.
Namun, persentase kemasukannya naik menjadi 33% seiring berkurangnya persentase penguasaan bola menjadi 77%.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar