"Ketika pemain tidak ingin memahami instruksi, ia tak bisa tetap berada di lapangan." Kutipan tersebut keluar dari mulut Frank de Boer atas alasannya menarik keluar Geoffrey Kondogbia ketika laga kontra Bologna baru berjalan sekitar 28 menit.
Penulis: Anggun Pratama
Kondogbia menjadi pemicu terjadinya gol Bologna (25/9). Inter akhirnya bisa bereaksi dengan menyamakan kedudukan dan bermain lebih baik usai tempat pria Prancis tersebut diisi oleh Assane Gnoukouri.
Kondogbia kehilangan bola di dekat lingkaran tengah lapangan karena terlalu lama mengendalikan bola. Alasan berlama-lama itulah yang membuat De Boer geram.
"Saya sudah sering berkata kepada Kondogbia kapan ia harus mengambil risiko dan kapan harus memainkan bola lebih simpel. Kami tak bisa menerima kesalahan berulang seperti ini," ucap De Boer lagi usai laga.
"Kondogbia tak mau mendengarkan!"
De Boer jelas bukan orang yang benci dengan kesalahan pemain di lapangan. Buktinya, ia malah sering memberikan kesempatan pada pemain muda bermain. Gnoukouri atau Senna Miangue yang ia jadikan starter kontra Bologna menjadi bukti.
Padahal, pemain muda minim pengalaman paling mungkin membuat kesalahan. Akan tetapi, De Boer tidak akan memberi toleransi pada pemain yang tidak mendengarkan instruksi, apalagi telah berulang kali.
Di sisi lain, keberanian De Boer buat mengganti Kondo menunjukkan ia punya misi dan ekspektasi yang jelas terhadap setiap pemainnya di setiap laga.
Tak Sesuai Ekspektasi
Kondogbia memang doyan melakukan dribel. Musim ini ia sudah 16 kali melepaskan dribel sukses. Jumlah itu cuma kalah dari Bruno Peres (Roma) dan Felipe Anderson (Lazio) yang mengumpulkan 20 dribel sukses.
Kedoyanan Kondogbia itu memang berisiko. Buktinya adalah ia menjadi salah satu pemain Inter yang paling sering kehilangan bola. Yang membuat De Boer kesal barangkali adalah lokasi Kondogbia kehilangan bola yang berada di lokasi rawan.
Kondogbia sejauh ini seperti menjadi investasi mahal yang tak terlalu menguntungkan. Inter musim lalu mengeluarkan 31 juta euro (450,1 miliar rupiah) demi mendapatkan jasanya dari AS Monaco.
Setelah menjalani semusim yang tak terlalu spektakuler dengan alasan adaptasi, Kondogbia juga belum menunjukkan bakal menjadi pemain top di Inter.
Dengan modal dribel dan tenaga besarnya, ia sukses menjadi nyawa lini tengah Sevilla dan Monaco. Di Inter, ia belum bisa menunjukkan dampak serupa.
Walau kesal, De Boer tidak melepas tanggung jawabnya sebagai pelatih. Ia telah berbicara langsung dengan Kondogbia dengan harapan sang gelandang bisa bermain lebih baik.
Laga lawan Roma (2/10) di Stadion Olimpico bisa jadi kesempatan buat membayar kepercayaan De Boer.
[video]http://video.kompas.com/e/5146620494001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.702 |
Komentar