Entah ada hubungannya atau tidak, teriakan dan sorakan mereka terdengar semakin nyaring ketika Jonatan mengganti bajunya yang basah karena keringat di penghujung gim pertama.
Tidak ayal, beberapa petugas keamanan dan penonton dewasa yang berdiri di belakang JUARA tertawa mendengar euforia para suporter Jonatan dari seberang ruangan tersebut.
"Aduh, gadis-gadis ya, ckckck..." terdengar seorang pria menggumam.
Ketika pertandingan selesai, para penonton spontan berdiri dan mendekat sambil berpegangan ke tiang pembatas. Tangan mereka menggapai-gapai meminta Jonatan memberikan tanda tangan atau melemparkan kaosnya.
Jonatan menuruti permintaan mereka dan melempar salah satu kaos yang ada di tasnya.
Spontan, kaos tersebut menjadi bahan rebutan penonton yang ingin membawa pulang 'cenderamata' dari GOR Bima tersebut.
"Sejujurnya, saya tidak menyangka sambutan warga Cirebon akan seperti ini. Kalau lihat lawan saya (Wisnu Yuli Prasetyo dari Jawa Timur), dia didukung oleh suporter yang dibawa langsung dari Jatim. Sementara saya mungkin pendukungnya tidak seberapa, tetapi warga Cirebon ternyata antusias. Terima kasih," kata Jonatan seusai pertandingan.
Para pemain lain, seperti Praveen, Kenas, dan Angga, serta para pemain putri seperti Anggia Shitta Awanda, Melati Daeva Oktaviani, dan Fitriani pun mendapat perlakuan serupa.
Ketika pertandingan selesai, rivalitas antara suporter tiap daerah jadi tidak bermakna lagi. Yang terpenting bisa melihat lebih dekat atlet idola mereka.
Memang, beberapa kali antusiasme para penonton ini kerap mengusik perhatian penonton lain. Bahkan, beberapa kali terdengar suara-suara pria dewasa memprotes teriakan dan yel-yel para penonton remaja.
"Hoi! Psst!" beberapa penonton dewasa bersuara cukup keras. Toh, para penonton belia di GOR Bima tidak gentar. Hingga akhir pertandingan, mereka setia bersorak untuk idolanya.
Di mana ada penonton remaja, selalu ada keriaan tersendiri.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | juara |
Komentar