Claudio Marchisio sudah mulai tampak berlatih di markas Juventus di Vinovo pada Senin (19/9/2016). Ia menjalani sejumlah sesi walau belum bisa mengikuti program latihan penuh.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Marchisio absen sejak 17 April setelah mengalami cedera ligamen lutut dalam kemenangan 4-0 atas Palermo. Cedera itu membuatnya juga tidak tampil di Euro 2016.
Pelatih Massimiliano Allegri berharap bisa memakai Marchisio pada bulan Oktober, tetapi belum ada tanggal spesifik.
Di sisi lain, situs La Gazzetta memperkirakan Marchisio bisa kembali pada pekan ke-10, saat Juve menjamu Sampdoria (26/10/2016).
Memang masih lama, tetapi prospek kembalinya Marchisio bakal memecahkan satu lagi masalah Juventus yang terekspos setelah mereka kalah 1-2 dari Inter dalam derby d'Italia.
Problem itu soal Miralem Pjanic. Saat melawan Inter, Pjanic dimainkan sebagai deep lying playmaker yang berdiri di depan lini pertahanan. Hasilnya jeblok.
Bahkan Allegri menyebut pertandingan itu sebagai salah satu yang terburuk dilihat dari level teknik dalam 30 tahun terakhir.
"Ide bermain sepak bola adalah mengoper bola ke pemain dengan seragam sama seperti Anda. Kami sangat kekurangan dalam hal itu," ucap Allegri kepada Mediaset.
Kata-kata sang allenatore jelas merujuk pada peran Pjanic sebagai playmaker. Pjanic adalah salah satu gelandang terbaik di Serie A saat ini. Dia punya akurasi operan tinggi dan lihai dalam mengirim operan kunci serta membuat assist.
Namun, dia bukan Andrea Pirlo dan tidak bisa menjadi seperti Pirlo. Penempatan Pjanic sebagai deep lying playmaker rasanya sebuah kesalahan.
Gelandang asal Bosnia-Herzegovina ini memang pernah menjadi regista, tapi dia bakal lebih berguna jika dimainkan di posisi seperti saat membela Roma.
Dalam beberapa tahun terakhir berbaju I Lupi, Pjanic bermain lebih dekat ke lini depan. Operannya, yang lebih banyak dieksekusi di daerah lawan, banyak membantu pergerakan ofensif tim. Dalam dua musim terakhir, Pjanic berhasil membukukan 22 assist.
Pjanic bisa melakukan hal tersebut karena pemain berusia 26 tahun itu dilindungi dua gelandang box-to-box yang berfungsi mengerjakan tugas-tugas "kotor" sementara Pjanic berkonsentrasi melakukan pekerjaan ofensif tim.
Mereka adalah Daniele De Rossi dan Radja Nainggolan.
Bakal Lebih Hebat
Ketika Juventus mengalahkan Sassuolo 3-1 (10/9), Pjanic tidak menjadi deep lying playmaker. Posisi itu dijalankan Mario Lemina. Pjanic ditempatkan lebih ke depan dan dia tampil bagus, bahkan ikut mencetak satu gol.
Kejadian pada laga melawan Sassuolo dan Inter itu bisa menjadi indikasi bahwa Juventus tidak perlu memaksakan Pjanic menjadi deep lying playmaker.
Bukan berarti lantas mempercayakan posisi vital itu kepada Lemina sepanjang musim. Lemina jelas tidak punya profil untuk menjadi pemain andalan Juve dalam partai-partai kaliber berat di Serie A dan Liga Champions yang menunggu di depan mata.
Mungkin bakal lebih baik jika Juventus meniru sistem lini tengah Roma untuk tiga gelandang sentralnya dalam formasi 3-5-2. Pjanic ditempatkan lebih ke depan dengan dilindungi dua gelandang box-to-box andal.
Dua gelandang pelindung itu akan tersedia jika Marchisio siap bermain lagi. Dia bakal berduet dengan Sami Khedira memberikan proteksi bagi Pjanic. Itulah mengapa momen kembalinya Marchisio menjadi krusial.
Di atas kertas Khedira-Marchisio punya kualitas lebih baik daripada De Rossi-Nainggolan. Khedira tidak terlalu defensif seperti De Rossi, sedangkan Marchisio bermain lebih bersih daripada Nainggolan. Teorinya trio Khedira-Marchisio-Pjanic bakal lebih hebat daripada De Rossi-Nainggolan-Pjanic.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.700 |
Komentar