Dalam tujuh musim ke belakang, secara beruntun Valencia menempati posisi keenam, ketiga, ketiga, pertama, keenam, kedua, dan kedua, saat musim memainkan empat jornada pembuka. Situasinya begitu ironis karena di empat pekan awal 2016/17, Los Che terbenam di dasar klasemen La Liga.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Peringkat buncit ini diduduki setelah Valencia gagal menuai satu poin pun sejak musim anyar bergulir pada 22 Agustus.
Empat kali kalah dalam empat partai dan kemasukan 10 gol. Rekor ini menjadi yang terburuk setelah hasil serupa di 1999/2000 yang dicatat Hector Cuper.
Valencianistas, dan mungkin publik sepak bola dunia, mungkin tak mengingat start buruk Cuper itu.
Maklum, pelatih asal Argentina itu berhasil menutup musim dengan mengantar David Albelda dkk. menduduki peringkat ketiga klasemen Primera dan menggapai final Liga Champion.
Pako Ayestaran, pelatih terkini Valencia, jelas bukan Cuper. Dari aspek mana pun ia tak layak dibandingkan dengan pria peraih tiga kali Copa Libertadores bersama Boca Juniors tersebut.
Di samping itu, skuat Valencia saat ini pun berbeda jauh dari materi yang kala itu merumput di Mestalla.
Sebagai gambaran lain, tiga tim terakhir yang mencatat empat kekalahan di empat pekan awal, Osasuna, Sporting Gijon, Xerez, sama-sama mengakhiri kompetisi sebagai tim yang turun kasta ke Segunda A Division.
Jika ada jalur yang lebih mendekati untuk dilalui Ayestaran, rasanya bukan yang dilewati Cuper.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.700 |
Komentar