Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Saat Zinedine Zidane Setara Pep Guardiola

By Jumat, 23 September 2016 | 14:28 WIB
Ekspresi pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane, saat memberikan arahan kepada para pemainnya dalam pertandingan La Liga 2016-2017 menghadapi Espanyol di Stadion RCDE, Barcelona, Spanyol, pada Minggu (18/9/2016).
DAVID RAMOS/GETTY IMAGES
Ekspresi pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane, saat memberikan arahan kepada para pemainnya dalam pertandingan La Liga 2016-2017 menghadapi Espanyol di Stadion RCDE, Barcelona, Spanyol, pada Minggu (18/9/2016).

Publik melabeli musim 2008/09 sebagai yang terfenomenal dari rangkaian empat tahun di Barcelona. Meski begitu, Pep Guardiola pribadi justru melihat musim 2010/11 sebagai pencapaian terbaiknya.

Penulis: Sapto Haryo Rajasa

Dari aspek gelar yang diraih, pada musim 2008/09, yang juga menjadi musim debutnya, Pep sukses menyabet triplete di ajang La Liga, Copa del Rey, dan juga Liga Champion.

Sementara itu, pada musim 2010/11, Barca gagal menyandingkan Piala Raja dengan titel La Liga dan LC yang didapatnya.

Di mata Pep, musim 2010/11 dianggap lebih istimewa lantaran dirinya merasa bahwa permainan Barca di era tersebut sangat dominan atas lawan-lawannya.

Pep bangga dengan rekor kebobolan tersedikit Gerard Pique dkk. Selain itu, di periode tersebut Barca juga sukses mencetak rekor kemenangan beruntun di La Liga.

Terhitung dari hasil 1-1 kontra Real Mallorca pada 3 Oktober 2010 hingga tertahan seri Sporting Gijon dengan skor identik pada 12 Februari 2011, Xavi Hernandez mencatat 16 kemenangan secara berturut-turut.

Rekor tersebut tak bisa disamakan tim mana pun, hingga akhir pekan kemarin.

Situasinya mungkin tak bisa lebih dramatis lagi karena tim yang akhirnya menyamai rekor abadi La Liga milik Barca itu adalah Real Madrid.

Di bawah kepemimpinan Zinedine Zidane, weekend kemarin Los Merengues memetik kemenangan 2-0 atas Espanyol di Cornela-El Prat sehingga membuat laju tripoin di La Liga menyentuh 16 laga beruntun.


Kiper Real Madrid, Kiko Casilla, melakukan pemanasan menjelang duel perempat final Liga Champions lawan Wolfsburg di Volkswagen Arena, Wolfsburg, 6 April 2016.(ODD ANDERSEN/AFP)

“Catatan rekor hanya seperti sebuah anekdot. Yang justru jauh lebih penting adalah kami meraih tiga angka dan berada di puncak klasemen,” begitu ucap Kiko Casilla, kiper kedua Madrid yang terus menjadi starter di saat Keylor Navas menjalani pemulihan cedera, seperti dikutip situs resmi klub.

Tak seperti Barca di era Pep yang mencatatnya dalam satu musim, 16 kemenangan beruntun Madrid ini terbagi atas dua periode.

Total 12 kemenangan menjadi sprint akhir mereka menuju garis finis 2015/16 dan empat kemenangan lagi diukir di empat jornada pembuka 2016/17.

8 Pemain, 21 Detik

Zidane tak cuma menyamai rekor Pep. Sukses atas Espanyol juga membuatnya menyamai start terbaik Madrid pada era 1958/59, 1977/78, dan 1987/88.

Di keempat musim itu, Madrid mengawali perjalanan dengan mengukir enam kemenangan beruntun. Di musim ini, selain empat jornada La Liga, Madrid menuai dua kemenangan lagi di Piala Super Eropa dan matchday 1 LC.

Zizou terpaut satu kemenangan dari rekor tujuh beruntun yang dicatat Madrid musim 2009/10 di bawah komando Manuel Pellegrini.

Namun, untuk rekor abadi berupa 11 kemenangan berturut-turut, masih menjadi milik generasi 1961/62 dan 1968/69, yang dibesut Miguel Munoz.

Ketika ditunjuk menggantikan Rafa Benitez di awal Januari silam, tak banyak yang meyakini bahwa Zizou bakal sesukses ini.

Modal cuma sebagai asisten pelatih di era Carlo Ancelotti dan kiprah singkat tanpa prestasi di Madrid Castilla dianggap tak cukup untuk menakhodai kapal sebesar Madrid.

Namun, dengan gayanya sendiri, secara perlahan tapi pasti Zizou mampu membungkam para peragu.

Zidane dinilai beruntung karena Madrid mendapatkan undian ringan dalam perjalanannya menjuarai la undecima alias gelar ke-11 di panggung LC 2015/16.


Selebrasi gelandang Real Madrid, James Rodriguez, usai sukses membobol gawang Espanyol dalam pertandingan La Liga 2016-2017 di Stadion RCDE, Barcelona, Spanyol, pada Minggu (18/9/2016).(DAVID RAMOS/GETTY IMAGES)

Ia juga dicap lucky lantaran timnya dibela trio sekaliber BBC.

Kemenangan atas Espanyol diraih tanpa Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale.

Secara tak langsung, Zizou membuktikan bahwa kebijakan rotasi yang dijalankannya tak sekadar syarat belaka, tapi telah melalui pertimbangan ekstra matang.

Salah satu paramaternya bisa dilihat dari gol Karim Benzema, yang diawali aksi oper delapan pemain berbeda.

Pergerakan yang memakan tempo 21 detik ini dimulai dari kaki Pepe, lalu Sergio Ramos, Toni Kroos, Marco Assensio, Isco, Karim Benzema, Dani Carvajal, hingga Lucas Vasquez, yang mengirim assist kepada Benz.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.700


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X