“Saya sangat puas dengan partisipasi dan performa seluruh pemain. Sudah tiga dari tujuh laga berlalu. Kami harus memastikan pengaturan menit tampil secara cermat, karena yang paling penting adalah bagaimana memenangi setiap laga. Musim masih panjang, maka kami butuh setiap pemain yang ada,” ujar Enrique di situs resmi klub.
Laga versus Leganes tak cuma memperlihatkan adanya perubahan komposisi personel, tapi juga menunjukkan strategi anyar yang coba diimplementasikan oleh Enrique.
Alih-alih bertahan dengan sistem 4-3-3 yang selama ini kental dengan Barca, Enrique memakai formasi 3-4-3.
“Pendekatan ini (3-4-3) agak mengandung risiko, tapi kami bisa melewatinya dengan baik. Biasanya kami memakai seorang pivot (Busquets) saat memegang bola atau memulai serangan,” lanjut sang entrenador penyumbang delapan titel bersama Barca itu.
"Kali ini kami mencobanya dengan tiga pemain belakang sekaligus," lanjutnya.
Dalam kemenangan 5-1 itu, Enrique menerjunkan Marc-Andre Ter Stegen di pos kiper, trio Javier Mascherano, Gerard Pique, dan Samuel Umtiti di belakang, kuartet Rafinha, Ivan Rakitic, Andres Iniesta, dan Jordi Alba di tengah, serta trisula MSN di lini pengedor.
Kita harus mundur hingga 3 November 2012 untuk melihat kali terakhir Barca memakai skema 3-4-3.
Kala itu, Jordi Roura, yang menggantikan mendiang Tito Vilanova, memberikan kemenangan 3-1 atas Celta Vigo.
Setiap rotasi memang mengandung risiko. Akan tetapi, jika terus bertahan dengan gala XI, Barca bisa kehabisan bensin di tengah jalan, seperti di pengujung April musim kemarin ketika mereka menderita empat kekalahan beruntun.
Enrique tampak sudah semakin memahami materi skuatnya, meski sempat tergelincir di tangan Alaves.
Adanya plan B berupa penerapan tiga bek pun membuktikan bahwa dirinya bukan tak punya cukup kreativitas.
“Justru berkat kekalahan dari Alaves, kami bisa membaik. Ada kalanya kami perlu kalah untuk kemudian bangkit,” begitu kata Pique di Marca.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar