Derby d’Italia. Istilah ini mengacu pada pertarungan dua raksasa Serie A, yakni Internazionale Milano versus Juventus.
Penulis: Indra Citra Sena
Latar belakangnya jelas. Baik Inter maupun Juventus merupakan tim yang paling lama bertahan di kasta tertinggi kompetisi sepak bola Italia sekaligus paling sukses dengan perolehan titel domestik (Serie A, Coppa Italia, Supercoppa Italiana) masing-masing 30 dan 50.
Belakangan, istilah derby d’Italia terasa kurang pas untuk ditonjolkan dalam pertandingan Inter kontra Juventus. Alasannya tak lain karena satu kubu tampak begitu dominan dibanding sang rival.
Baca juga:
- Nasihat Legenda Man United untuk Rashford
- Griezmann Layak Menangi Ballon D'Or
- Arkadiusz Milik Resmi Kalahkan Gonzalo Higuain
Dalam kurun waktu lima musim terakhir, Juventus bisa dikatakan superior dan lebih sering menang atas Inter. Sebanyak tujuh dari 12 kali pertemuan (58 persen) sejak edisi 2011-2012 dimenangi oleh La Vecchia Signora alias Si Nyonya Tua.
Sebaliknya, Inter cuma pernah dua kali mengalahkan Juventus (16 persen), sedangkan tiga partai lain berakhir imbang.
Angka-angka tersebut mengindikasikan bahwa derby d’Italia tidak lagi seketat awal milenium ketiga, di mana kedua tim sama-sama menghuni papan atas klasemen Serie A.
Dari segi permainan, Inter hanya menyulitkan Juventus tanpa bisa memegang kendali sepenuhnya atas sang rival.
Permasalahan semakin pelik lantaran I Nerazzurri alias Si Hitam-Biru mengalami dinamika di awal musim berkaitan dengan pergantian pelatih.
Statistik Inter di tiga pekan pembuka Serie A 2016-2017 barangkali tak berbeda jauh dari Juventus, terutama dalam aspek tembakan, penguasaan bola, dan akurasi operan. Akan tetapi, pemandangan di atas lapangan memperlihatkan gap yang lebar.
Inter masih meraba-raba formula dan susunan pemain terbaik di saat Juventus sudah memiliki komposisi ideal buat mengarungi musim baru. Kekompakan kedua tim tampak kontras kendati sama-sama mengandalkan skuat yang gemuk.
Mental juara Inter juga belum terbentuk mengingat banyak pemain andalan yang baru bergabung selama setahun atau kurang seperti Joao Miranda, Jeison Murillo, Gary Medel, Ivan Perisic, Joao Mario, dan Ever Banega.
“Inter membutuhkan waktu untuk kembali ke papan atas. Tak ada yang instan. Kami memang menargetkan zona Liga Champions, tetapi masih banyak hal yang perlu dibenahi agar bisa mewujudkannya,” kata pelatih Inter, Frank De Boer, seperti dilansir Gazzetta World.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.669 |
Komentar