Kekalahan dari Alaves dalam pergelaran pekan 3 La Liga 2016-2017 menyisakan sederet kisah memilukan. Dimulai lokasi laga yang berlangsung di Camp Nou, lawan yang berlabel tim promosi, hingga semakin tergerusnya perwakilan La Masia, sebutan akrab untuk akademi sepak bola FC Barcelona.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Barcelona bukan tim yang biasa takluk dari "anak yang baru naik kelas". Terakhir kali mereka tumbang dari tim promosi adalah sewaktu dwigol Nelson Valdes memenangkan Hercules di Camp Nou pada awal musim 2010-11.
Karena itu, wajar apabila jajak pendapat di situs Marca menaruh kekalahan akhir pekan lalu sebagai salah satu yang terburuk sepanjang sejarah klub Catalan tersebut.
“Sayalah yang paling bertanggung jawab atas segala kegagalan yang muncul di lapangan, dan saya bisa menerima semua kritikan. Kami selalu turun dengan pemikiran untuk memenangi setiap laga. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa tak mudah untuk memenangi setiap laga di La Liga,” ujar Luis Enrique.
Sang pelatih tak pernah mau menyebut individu saban Barca memenangi pertandingan.
Sebaliknya, ia selalu maju di garis terdepan jika tim yang dibesutnya sejak dua musim silam itu menderita kekalahan.
Kali ini, Enrique mengakui bahwa perombakan besar pada starting XI berpengaruh besar terhadap hasil akhir laga.
“Saya tak mengantisipasi Alaves bakal bermain begitu dalam dengan skema 5-4-1. Perubahan ini (dibandingkan dua laga pertama Alaves) sempat membuat para pemain seperti kesulitan dalam menyatukan visi. Positioning kami begitu buruk, terutama di babak pertama,” kata Enrique.
Mayoritas pandit sepak bola di Spanyol sontak sepakat bahwa kekalahan Barca diakibatkan rotasi yang kebablasan.
Selain menunjuk kiper anyar Jesper Cillessen, Enrique juga memainkan bek Aleix Vidal, Jeremy Mathieu, dan Lucas Digne secara bersamaan.
Di tengah ada Denis Suarez, sedangkan Paco Alcacer diplot sebagai penyuran.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.698 |
Komentar