Preferensi Ben Arfa untuk menahan dan membawa bola dianggap mengerem laju PSG, yang ingin menerapkan permainan langsung dengan transisi cepat di tangan Emery.
Tuduhan Emery berdasar. Selama 152 menit berada di lapangan, Ben Arfa cuma melepas 78 operan.
Baca Juga:
- Frank De Boer: Saya Marah!
- Protes dengan Nilai di FIFA 17, Penyerang Chelsea Beralih ke PES
- Arsenal Jadi Biang Keladi Kekalahan Tottenham di Hadapan Rekor Penonton
Sebagai komparasi, Javier Pastore, yang sebenarnya juga gemar menahan bola, mampu mencatat 144 operan selama 155 menit mentas di Ligue 1.
Emery pun berani mencabut “kartu merah” untuk Ben Arfa. Penyerang Prancis berdarah Tunisia itu tak dimasukkan ke skuat PSG, yang berhadapan dengan Arsenal (13/9) di Liga Champion, sekalipun ia berada dalam kondisi bugar.
Hanya, tak sedikit yang menaruh simpati kepada Ben Arfa.
Dengan mendaulat Ben Arfa untuk banyak melakukan pergerakan tanpa bola, Emery disebut menyia-nyiakan bakat terbaik penyerang asli Paris tersebut.
Padahal, alasan Ben Arfa mampu mengemas 17 gol plus enam assist pada musim lalu bareng Nice adalah kerena ia dibiarkan bermain bebas.
“Emery mesti berhenti memperlakukannya seperti bocah. Hatem tak melakukan hal-hal atletis,” bunyi salah satu artikel di Sud Ouest.
“Hatem perlu skema yang cocok dengan dirinya. Ia adalah tipe pemain pertandingan, bukan latihan. Jika tak mendapatkan menit tampil cukup, kondisi fisiknya terancam menurun,” kata pelatih Southampton yang musim lalu menukangi Ben Arfa di Nice, Claude Puel.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.698 |
Komentar