Masalah pertama ialah deretan gelandang lokal Arema. Hanya satu pemain yang dianggap fit, yaitu Raphael Maitimo. Pemain lain seperti Ferry Aman Saragih, Juan Revi, dan Ahmad Bustomi masih belum pulih dari cedera.
“Kami mengambil dua gelandang baru karena pelatih merasa sulit memaksimalkan gelandang yang ada selama 90 menit. Sejauh ini hanya Maitimo yang mampu. Jadi, kami memang butuh tambahan,” tutur Ruddy Widodo, Manajer Arema.
Masalah kedua yang bisa diatasi berkat kedatangan Kalmar ialah minimnya stok pelapis stopper. Karena kemampuan bertahan yang baik, Kalmar bisa menjadi pelapis Gancev dan Hamka, selain Ryuji.
Cuma Satu Striker
Tim terbaik Singo Edan juga makin tampak setelah kedatangan Teruel. Dari dua penampilannya, Teruel dinilai sanggup menggantikan Srdjan Lopicic menjadi roh baru di lini tengah Arema.
Singo Edan juga tak mau lagi sibuk mencari tandem Cristian Gonzales di lini depan. Mereka belajar dari kegagalan Gustavo Giron.
Meski Giron memiliki teknik mumpuni, tetapi dia terlihat kebingungan menempatkan diri di lini depan. Menilik hal tersebut Milo menyebut Giron gagal total.
“Kami masih percaya kepada Gonzales. Dia masih bisa menunjukkan kemampuan terbaik,” ujar Milo.
Singo Edan merasa penggawa lini depannya masih cukup dan tak perlu tambahan. Selain Gonzales, Arema juga memiliki pemain yang bisa memberikan kontribusi maksimal di lini depan. Sebut saja Febri Hamzah, Sunarto, dan Arif Suyono.
“Saya rasa untuk lini depan sudah cukup. Yang jadi perhatian memang sektor gelandang,” ungkap Ruddy lagi.
Alhasil, Arema memilih hanya menempatkan satu striker di lini depan, taktik yang bakal menjadi ciri khas Arema di TSC A 2016.
[video]http://video.kompas.com/e/5123062648001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar