Marc Marquez 2015 dan 2016 memang bak bumi dan langit. Bukan dari sisi skill karena hal itu tak berubah, tapi dari cara bagaimana dia mengendalikan diri agar tidak ceroboh dan celaka.
Penulis: Arief Kurniawan
Bawaan asli Marquez adalah cepat sekaligus nekat. Pada 2015 motor Honda selain liar juga sangat bertenaga, bahkan termasuk di tikungan. Oleh sebab itu, bila ditambah dirinya kerap memaksakan diri, Marquez jadi mudah terjatuh. Paling tidak di tiga seri ia celaka: Argentina, Italia, dan Catalunya.
Namun, Marquez belajar banyak dari kasus 2015 itu. Dia meyakini bila tidak kehilangan banyak poin di tiga GP itu, dia masih mampu berada dalam perburuan gelar juara dunia bersama Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi.
Musim ini diakui juara dunia 2013 dan 2014 asal Spanyol tersebut kendala masih ada, yakni sulit berakselerasi. Namun, itu bukan salah Honda. ECU seragam dari Magnetti Marelli adalah penyebabnya. Sistem elektronik itu belum seratus persen bisa ia optimalkan bersama Honda.
Walau begitu, dengan segala kekurangannya, Marquez malah terlihat menonjol di sisi lain. Dia amat piawai menghindari tiga kecelakaan besar: di Assen, Sachsenring, dan terakhir Brno. Tiga momen itu berpotensi membuat Marquez mengalami cedera atau minimal terjatuh dan kehilangan poin seperti 2015.
Rahasia Tak Jatuh
Di Assen, Belanda, Marquez sedang melaju kencang. Namun, menjelang tikungan motornya oleng dan ia hampir mengalami high side (terjatuh dari posisi tegak). Tapi, ban motornya yang sudah mengeluarkan asap akibat gesekan keras dengan aspal itu berhasil ia kuasai. Marquez pun selamat.
Kedua, di Sachsenring, Jerman. Waktu itu hujan dan Marquez tergelincir di Tikungan 8 dan masuk hamparan kerikil. Banyak yang mengira ia bakal terjatuh dan tak bisa melanjutkan balapan.
Ajaib! Marquez mampu membuat motornya tak jatuh dan keluar dari gravel itu dengan selamat. Tak lama kemudian dia masuk pit, ganti motor, dan...menang!
Beda lagi dengan di Brno. Kali ini Marquez nyaris mengalami low side alias terjatuh dari posisi menikung. Melihat prosesnya, di belokan ke kiri itu Marquez bahkan sudah melepas kaki kanannya dari foot rest pertanda siap melepas pula motor bila harus terjatuh. Akan tetapi, sekali lagi, dia mampu mengendalikan motor itu untuk tetap “menempel” bersama dirinya dan tidak jadi jatuh.
Apa rahasianya? “Saya tak akan melepaskan motor hingga benar-benar tak bisa mengendalikannya. Saya menyelamatkan diri lewat siku saya,” katanya soal momen di Brno.
“Di Assen, begitu ban depan terkunci, saya langsung mengendurkan rem,” katanya. Sementara di Sachsenring ia menjaga agar motor terus menyala dengan tak mengendurkan gas sama sekali.
Marquez yang semakin dewasa sudah menyelamatkan banyak poinnya yang berpotensi hilang. Dia sadar bila kondisi tak memungkinkan untuk menang, maka finis di podium adalah suatu keharusan. Tentu, salah satu cara untuk bisa naik podium adalah memiliki seni bagaimana menyelamatkan diri dari kecelakaan.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.696 |
Komentar