Goran sendiri tak habis pikir dengan "ancaman" yang kini dihadapinya.
"Coba lihat data statistik dari semua pertandingan saya di Arema, termasuk dalam dua turnamen sebelumnya, berapa kali Arema kalah? Lihat juga berapa banyak duel yang dimenangi oleh Goran," katanya.
Kekesalan Goran cukup beralasan. Hingga berakhirnya putaran pertama TSC, Arema menjadi klub pemilik pertahanan paling kokoh dengan kebobolan cuma delapan kali dan Goran merupakan bintang andalan di lini belakang tersebut.
"Jika memang ada masalah dengan Arema, bukan terletak di pertahanan. Itu sudah pasti," katanya.
Kemarahan Goran mengingatkan publik pada kasus Kiko Insa. Bek asal Spanyol yang disebut terakhir dilepas oleh Arema setelah memenangi Bali Island Cup pada Februari.
Bila Kiko mencuri hati fans dengan semangat meledak-ledak dan tato singa, Goran menjadi pujaan berkat ketangguhannya.
Akankah mereka bernasib sama? Yang jelas, ketika Kiko "memberontak' perlakuan klub atasnya dulu, pelatih Milomir Seslija tak terlalu peduli.
"Tim ini dibangun dengan kebersamaan, tidak ada yang pemain yang lebih besar daripada Arema," katanya waktu itu.
Terkait nasib Goran, Milo dikabarkan berharap manajemen tetap mempertahankan sang pemain. Hanya, sang pelatih tentu tahu bahwa ia akhirnya tidak akan bisa berbuat apa-apa bila manajemen menghendaki kepergian bek berusia 33 tahun tersebut.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar