Sepanjang putaran pertama Torabika Soccer Championship (TSC), tercatat ada delapan tim yang berganti pelatih di tengah jalan. Bagaimana hasilnya?
Penulis: Kukuh Wahyudi/Gatot Susetyo
Bila mengacu pada rata-rata poin setelah kehadiran pelatih baru, PSM dan Perseru menjadi tim yang mengalami hasil minor.
Pelatih baru PSM, Robert Rene Albert, rata-rata hanya meraih 1,1 poin dari 12 laga. Pendahulu Robert Rene, Luciano Leandro, mendapatkan rataan poin sebesar 1,4 dari lima partai.
Juru taktik Perseru, Hanafi, yang telah menangani Perseru dalam delapan laga, hanya mengoleksi sembilan poin dari hasil dua kemenangan dan tiga kali imbang. Rata-rata poin era Hanafi hanya 1,1.
Pelatih Perseru sebelumnya, Agus Setiono, meraih 13 poin dari sembilan laga.
Catatan itu menghasilkan rata-rata poin Agus di setiap laga mencapai 1,4.
Namun, Hanafi sukses membuat Perseru jauh lebih produktif dengan 10 gol, berbanding lima gol dari Agus.
Sukses
Persipura menjadi tim tersukses setelah kedatangan pelatih anyar.
Tiga kemenangan dan satu hasil imbang sukses dipetik Alfredo Vera dari empat kali main. Rataan poin yang dimiliki pelatih asal Argentina itu sebesar 2,5 poin.
Adapun Jafri Sastra, yang menangani Mutiara Hitam sebelumnya, hanya meraih rata-rata 1,3 poin dari 14 partai.
“Keberhasilan Alfredo Vera tak lepas dari adaptasinya yang berjalan lancar. Ia merasa nyaman dengan komposisi pemain yang ada di dalam tim,” tutur Rocky Bebena, sekretaris Persipura.
Jafri Sastra juga memperlihatkan efek positif bagi Mitra Kukar.
Sepuluh poin sukses ia raih dari empat kali main (2,5 poin per laga), sedangkan Subangkit sebagai arsitek sebelumnya hanya membawa 19 poin dari 13 laga (1,4 poin per laga).
“Tiap pelatih punya cara pendekatan berbeda. Untuk kasus tim-tim yang ganti pelatih di tengah jalan, pendekatan dari hati ke hati lebih penting, ketimbang perubahan secara teknis,” kata Gusnul Yakin, pelatih senior asal Malang.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.694 |
Komentar