2. Ancaman demam panggung dan adaptasi skema
Enhorabuena hermano!! A seguir volando en el @Arsenal @LP10oficial! La vas a romper pic.twitter.com/WdP5PDhjic
— Luis Alberto Romero (@14_luisalberto) August 30, 2016
Arsenal terpincut dengan ketajaman Perez musim lalu. Namun, sebelum itu kiprahnya seperti hilang dari radar.
Dihantui oleh sejumlah problem fisik, Perez cuma menelurkan 6 gol pada 2014-2015.
Sebelumnya, dia gagal bersinar saat mengembara ke Ukraina bersama Karpaty Lyiv dan Dynamo Kyiv (2011-2013), serta ke Yunani untuk membela PAOK (2013-2015).
Perez juga miskin jam terbang di kompetisi level top. Ia belum merasakan tampil di Liga Champions dan timnas Spanyol meski telah berusia 27 tahun.
Hitung pula peluang adaptasi Perez dengan skema ala Wenger. Di Deportivo, dirinya terbiasa menjadi bintang utama di lini depan sebuah tim yang mengandalkan serangan balik.
Tak jarang Perez sendiri harus menjemput bola ke lini tengah, lalu memanfaatkan sprint dan eksekusinya menjadi gol.
Filosofi itu berbeda dari Arsenal, yang mengutamakan aliran penguasaan bola cair antarlini. Karena itu, Wenger pun tak mau langsung membebani Perez dengan ekspektasi selangit.
Sentuhan Wenger akan menentukan apakah Perez akan sukses atau malah mengalami demam panggung kala beradaptasi di kolam yang lebih besar.
"Selalu menjadi sebuah pertaruhan ketika Anda tiba dari satu negara ke negara lain dengan tantangan berbeda. Namun, saya yakin pertaruhan itu akan terbayar," ucap sang manajer gaek.
[video]http://video.kompas.com/e/5105404319001_v1_pjuara[/video]
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar