Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ini Dia Modal Pochettino Melambungkan Tottenham

By Sabtu, 27 Agustus 2016 | 16:10 WIB
Pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino, dalam laga International Champions Cup Australia kala melawan Atletico de Madrid di Stadion Melbourne Cricket Ground, Melbourne, Australia, pada 29 Juli 2016.
SCOTT BARBOUR/GETTY IMAGES
Pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino, dalam laga International Champions Cup Australia kala melawan Atletico de Madrid di Stadion Melbourne Cricket Ground, Melbourne, Australia, pada 29 Juli 2016.

Tottenham Hotspur menunjukkan perkembangan pesat di 2015-2016 ketimbang pada musim pertama Mauricio Pochettino di 2014-2015. Penerapan taktik dan personel yang tepat menjadi alasan. Ia melepaskan pemain yang tak sesuai dengan filosofinya.

Penulis: Anggun Pratama

Mauricio "Poch" Pochettino senang memakai sistem 4-2-3-1 dengan garis pertahanan tinggi. Ia punya filosofi counterpressing. Salah satu dari gelandang sentralnya memiliki peran half back alias separuh bek tengah.

Biasanya, pos tersebut diberikan pada Eric Dier, yang juga bisa bermain sebagai bek tengah. Kehadiran half back seperti garansi bila permainan menekan Spurs gagal dan harus menerima serangan balik.

Sosok tersebut berperan besar menjadi bek tambahan mengingat kedua bek sayap Spurs bergerak agresif menyisir kedua sisi lapangan.

Para bek sayap ini meluaskan permainan karena terkait pemberian tugas ekstra kepada para gelandang serang sayap.

Gelandang serang sayap Spurs mendapat peran buat menekan pemain lawan di tengah. Ditambah, keberadaan gelandang serang sentral dan penyerang tunggal, membuat bagian tengah permainan Spurs sangat padat.

Tujuannya? Tentu buat menekan lawan demi merebut kembali penguasaan bola. Poch tidak memberi instruksi agar menekan lawan tanpa henti. Ia memiliki sejumlah syarat yang sangat spesifik.

Salah satunya adalah ketika lawan berada di sepertiga permainannya sendiri dan menerima bola dengan kaki dalam menghadap gawangnya sendiri. Posisi seperti itu membuat lawan melepas operan aman ke gawang sendiri atau malah membuat kesalahan.

Saat itulah potensi terjadinya gol lahir. Saat lawan sudah keluar dari kawasan sepertiga permainannya, Spurs harus mundur mengorganisasi pertahanan.

Pochettino sepaham dengan Juergen Klopp bahwa peluang gol paling besar terjadi dalam transisi ketika lawan baru mencoba menyerang atau ketika bola baru direbut lawan.

Intinya, Pochettino ingin melihat timnya bermain agresif dengan syarat yang sangat jelas bagi tiap pemainnya sehingga tercipta sebuah sistem menyerang dan bertahan yang memiliki keunikan.

Ketika semua instruksi Pochettino dijalankan, Spurs akan sangat sulit ditaklukkan karena sistem tersebut berjalan sempurna.

Kondisi tersebut baru terwujud bila Poch mendapat kepercayaan penuh dari para pemain. Karena itu, pemain dengan ego besar dan tidak punya hasrat buat berkembang tak akan cocok dengan filosofi sang pelatih.

Skuat Spurs yang dipenuhi pemain muda kaya semangat dan hasrat serta pemain berpengalaman dengan kondisi mental serupa membuat sistem Poch berjalan lancar.

"Saya merasa seperti berada dalam sebuah proyek jelas sejak Pochettino datang. Di dua musim pertama, prestasi kolektif tim tidak terasa sesuai ekspektasi. Saya tak merasa menikmati kondisi tersebut. Sekarang, klub berada di jalur mengasyikkan," tutur kiper Hugo Lloris kepada L'Equipe.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Weshley Hutagalung
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.693


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X