Pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei, sekali lagi harus puas dengan raihan perak Olimpiade. Lee mendapatkan perak ketiganya pada Olimpiade Rio 2016 setelah kalah 18-21, 18-21 dari Chen Long (China) pada partai final, Sabtu (20/8/2016).
Sebelumnya, Lee meraih perak di Beijing 2008 dan London 2012. Bagaimana sebenarnya kondisi Lee? Apa harapan selanjutnya? Berikut ini penuturan pelatih Lee asal Indonesia, Hendrawan, kepada BOLA di Rio de Janeiro, Minggu (21/8/2016).
Lee Chong Wei gagal lagi meraih emas. Apakah ini karena beban yang terlalu berat?
Waktu final, bebannya memang terlalu besar. Tidak mudah buat Chong Wei karena situasinya berbeda. Di Malaysia, sampai sekarang tidak ada juara dunia atau juara Olimpiade. Semua orang berharap pada Chong Wei.
Chen Long mainnya juga sangat bagus. Permainan depan netnya bagus, Chong Wei kalah. Pemain dengan tipe menyerang kalau kalah di depan, mainnya tidak akan enak lagi. Hal itu yang terjadi di final.
Bagaimana performa Lee secara keseluruhan pada Olimpiade ini?
Chong Wei gagal meraih medali emas. Namun, kalau bicara soal performa, hanya dia pemain yang bisa mendapatkan tiga medali perak secara beruntun. Hal itu tidak gampang untuk dilakukan.
Tetapi, tetap saja, kalau datang ke Olimpiade dengan target medali emas dan ternyata meraih perak, rasanya biasa saja, ada yang terasa hilang. Saya pernah merasakannya saat ikut Oimpiade Sydney 2000. Target saya medali emas, tetapi mendapatkan perak. Orang bilang hal itu sudah luar biasa, tetapi buat saya jadi biasa saja.
Apakah berat menjadi pelatih Lee?
Tahun lalu, ketika Morten Frost (Direktur Teknik Badminton Association of Malaysia) meminta saya untuk melatih Chong Wei, targetnya hanya dua, juara dunia atau Olimpiade. Kalau bisa dapat keduanya, kalau tidak minimal salah satu.
Setelah kemarin Chong Wei terkena kasus doping dan akhirnya bebas, kami sudah mulai fokus melihat Olimpiade. Ketika kembali bermain, peringkat Chong Wei jatuh. Dari situ kami menyusun rencana untuk mengejar poin. Kami sampai ikut turnamen-turnamen kecil di AS dan Kanada.
Saya bukan cuma menjadi pelatih, tapi juga sparring partner. Memang sudah niat, dia benar-benar mau melakukannya dan akhirnya bisa jadi nomor satu lagi. Selama satu tahun melatih Chong Wei, saya baru merasakan susahnya menjadi pelatih.
Tekanan yang saya rasakan jika dibandingkan ketika melatih di Indonesia jauh lebih berat sekarang. Selama setahun ini, saya benar-benar diuji sebagai pelatih. Sekarang saya merasa ini adalah tujuan akhir. Ke depannya seperti apa, saya belum berpikir lagi.
Belum ada diskusi lagi dengan Chong Wei. Setelah laga final, Lee mengatakan masih akan turun pada Kejuaraan Dunia tahun depan.
Apakah Anda masih akan melatih dia?
Kalau dia masih ada mimpi menjadi juara dunia, saya siap membantu. Namun, kalau dia mau ada pelatih lain, ya tidak masalah. Saya harus diskusi dulu dengan Chong Wei, dia mau seperti apa. Bagi saya, ini memang tugas yang paling berat. Namun, saya sudah berkomitmen membantu dia. Kalau memang dia mau, saya siap. Selama ada kemauan, pasti bisa. Akan percuma kalau dia sudah tidak ada kemauan untuk menjadi juara.
Menurut Anda, bagaimana persaingan antara Lin Dan dan Lee?
Lin Dan kemarin sudah bilang, selama Chong Wei masih bermain, dia akan tetap bermain. Untuk sekarang, pertarungan tunggal putra ada di dua orang ini. Kalau dua atau tiga tahun lagi mereka pensiun, persaingan akan terjadi antara Chen Long dan Viktor Axelsen (Denmark).
Kami juga tidak menyangka laga semifinal melawan Lin Dan akan begitu ketat. Tidak menyangka ketika sudah tertinggal 17-20, Lin Dan bisa mengejar sampai 20-20 pada gim ketiga.
Dulu Chong Wei juga pernah unggul begitu, tetapi akhirnya kalah. Kami khawatir dan sempat berpikir, kalau kalah ya sudah kalah saja. Yang penting, fight saja dulu. (Lee akhirnya menang 15-21, 21-11, 22-20).
Bagaimana Anda melihat secara umum hasil Malaysia pada Olimpiade kali ini?
Saya tidak tahu apakah ini salah satu bentuk kesuksesan dari program pemerintah Malaysia, Podium Juara. Dalam program ini sudah dipilih atlet-atlet yang punya prestasi bagus dan berprospek meraih medali pada Olimpaide.
Program ini sudah dirancang sejak tahun lalu dan mulai dijalankan pada Januari tahun ini. Setiap atlet didampingi satu pelatih yang masuk program ini.
Semua atlet Malaysia yang mendapatkan medali pada Olimpaide kali ini termasuk dalam program Podium Juara ini. Setelah Chong Wei kalah, menteri olahraga Malaysia juga sudah langsung berbicara soal Olimpiade Tokyo 2020.
Penulis: Pipit Puspita Rini
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar