Saat pertama kali melatih tim nasional untuk menghadapi Piala AFF 2010, Alfred Rield menuturkan ada belasan wajah baru yang kala itu mengecap pengalaman debut berseragam Merah-Putih. Kondisi serupa berulang menjelang Piala AFF 2016.
Penulis: Martinus Bangun
"Situasinya mirip ketika saya menangani timnas di Piala AFF 2010. Kala itu, ada banyak muka baru di timnas,” ujar Riedl di Forum Diskusi BOLA, Selasa (23/8).
"Sekarang pun demikian. Mungkin saja pemain-pemain baru itu sudah pernah masuk timnas sebelum era saya menjadi pelatih timnas, tetapi mungkin juga mereka benar-benar baru di timnas," tuturnya.
Para wajah baru diharapkan dapat cepat menyatu dalam tim untuk Piala AFF 2016, termasuk pula memahami keinginan pelatih.
Agar hal itu tercapai, trio pelatih Alfred Riedl, Wolfgang Pikal, dan Hans Peter Schaller sampai menyentuh beberapa hal nonteknis.
Salah satunya masalah bahasa demi pola komunikasi yang ideal. Pasalnya, ketiga pelatih tersebut sama-sama berasal dari Austria dan hanya Pikal yang mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.
Baca Juga:
- Pernyataan Simpati Cristiano Ronaldo untuk Atletico Madrid
- Tudingan Pique Terhadap Keberhasilan Real Madrid Menjuarai Liga Champions
- Pemain Barcelona Hampir Bisa Bermain dengan Mata Tertutup
Selama ini, Riedl menggunakan bahasa Inggris saat memberi instruksi ke pemain.
"Bagaimana saya tahu kemauan atau keluhan pemain jika komunikasi yang terjalin di antara kami (pemain dan pelatih) kurang bagus. Jadi, pemain harus berani bersuara ke tim pelatih," ujar Riedl.
Hanya, fakta yang dihadapi kadang tak sesuai dengan angan-angan. Riedl pun tak menyangkal bahwa terbatasnya kemampuan beberapa pemain dalam berbahasa Inggris berpotensi menimbulkan ganjalan dalam internal tim.
"Saya bisa paham jika ada pemain baru yang masih canggung untuk berdiskusi dengan tim pelatih, khususnya jika berbahasa Inggris. Untuk ke depannya, kami (tim pelatih), akan menunjuk dua-tiga pemain untuk mewakili suara rekan-rekannya," ujar Hans menimpali.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar