Namun, medali emas di Olimpiade masih menjadi angan. Karena itu, ini adalah kesempatan, baik Jerman (setelah bersatu) maupun Brasil, untuk bisa merebutnya.
“Tim memiliki team spirit yang sama. Kami berjuang bersama. Kami sangat senang bisa lolos ke final dan mendapatkan satu medali. Ini adalah kesempatan seumur hidup. Hanya, kami tidak akan bisa mengulang skor 7-1 seperti di Piala Dunia itu,” kata bek Jerman, Matthias Ginter, kepada SporTV.
Dengan medali perak itu saja, Jerman sudah selangkah lebih baik dibanding medali perunggu yang diraih oleh pendahulunya pada Olimpiade 1988.
Di atas kertas, pasukan Jerman memang tidak segemerlap Brasil. Jerman tidak punya pemain sekelas Neymar. Pemain Barcelona itu mendedikasikan liburan musim panasnya untuk bersiap diri menuju Olimpiade.
“Neymar adalah monster. Dia punya bakat untuk bermain sepak bola, membuat senang siapa pun yang menyaksikannya. Neymar adalah pembeda di tim kami dan ia berhak untuk mendapatkan respek dari kami, sebab ia mendorong tim sepak bola Olimpiade Brasil ke level yang lebih tinggi,” kata pelatih Brasil, Rogerio Micale, tentang pemain yang menurutnya sering mendapat kritik tak adil itu.
Bukan Balas Dendam
Kalau hampir semua orang Brasil memandang pertandingan final nanti sebagai ajang balas dendam terhadap Jerman, maka tidak demikian dengan bek Brasil, Douglas Santos.
“Saya tidak melihatnya sebagai melulu balas dendam. Untuk saya, pertandingan itu menjadi sebuah kesempatan untuk membalikkan semua yang dikatakan suporter tentang tim sepak bola Brasil di Olimpiade. Kami akan bermain habis-habisan sehingga akan sulit untuk dikalahkan. Kami akan mengisi papan skor dengan gol demi gol,” demikian kata bek yang bermain di Atletico Mineiro itu.
Sebelum tampil di semifinal, Brasil, terutama Neymar, dianggap tidak lebih baik dibanding tim Brasil putri. Bahkan, Marta, pemain veteran putri Brasil, disebut lebih baik dibanding Neymar.
Dengan tim putri Brasil kalah di semifinal melalui adu penalti melawan Swedia, maka memang seperti yang dikatakan oleh Santos, ini adalah kesempatan untuk Brasil menunjukkan mereka lebih baik dibanding kompatriot beda gender itu.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.691 |
Komentar