Ketika menjuarai La Liga musim kemarin, Luis Enrique berhasil menyamai rekor Louis van Gaal dan Frank Rijkaard, yang mampu meraih titel back to back bagi Barcelona. Di pengujung Mei nanti, tak ada alasan untuk tidak menjagokan lucho menyabet three peat.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Sepanjang sejarah Blaugrana, cuma ada dua pelatih yang bisa melakukannya: mendiang Johan Cruyff (4 gelar beruntun) dan Pep Guardiola (3). Enrique mungkin tak dianggap seistimewa dua pendahulunya itu.
Namun, bukan berarti dirinya tak bisa menyamai prestasi mereka.
Harus diakui bahwa semula hanya segelintir orang yang mengira bahwa lucho mampu mencaplok sepasang mahkota La Liga secara beruntun, yang diwarnai raihan triplete di musim debut.
Bahkan tak sedikit yang mencibir sang mantan kapten Barca itu sebagai fi gur yang merusak keindahan tiki taka.
Kendati demikian, dalam pencapaiannya mendekati koleksi trofi Cruyff maupun Pep, Enrique tak pernah bermaksud menyamai gaya bermain Barca di bawah mereka. Ia mengantongi filosofi sendiri.
Mungkin tak melalui permainan memukau berupa operan-operan pendek yang memuja ball possession, tapi dengan hasil akhir yang sama mematikannya.
Menyadari bahwa tiki taka tak lagi mampu menghadirkan dampak sedahsyat ketika masih dikomandoi Xavi Hernandez, Enrique memadukan penguasaan bola dengan skema counter attack.
Kecepatan lari pemain-pemain seperti Luis Suarez dan Neymar justru bisa lebih dioptimalkan.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No, 2.690 |
Komentar