Rexy mengaku optimistis dengan performa Nitya/Greysia yang kian konsisten.
"Kalau bertemu China, Nitya/Greysia harus punya tekad kuat untuk menang, fokus, dan punya semangat tanding di Olimpiade," ujar Rexy.
Dari nomor tunggal putri, Linda Wenifanetri menjadi juru kunci di klasemen Grup J. Linda mengalami dua kekalahan dari Vu Thi Trang (Vietnam), 11-21, 12-21, dan Nozomi Okuhara (Jepang) dengan 12-21, 12-21.
"Sebetulnya Linda sudah banyak kemajuan dari cara main dan pukulan-pukulannya., tetapi Linda tidak menujukkan bagaimana spirit seorang Olimpian," tutur Rexy.
"Mungkin Linda terlalu banyak berpikir mau begini mau begitu di lapangan, tetapi spirit bertandingnya masih kurang. Dia tidak memperlihatkan bahwa dia bertanding pada sebuah event yang dinantikan selama empat tahun," kata Rexy.
Satu lagi wakil Indonesia yang sudah tersingkir lebih dulu adalah pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Pada penyisihan Grup D, mereka dikalahkan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang), dengan 17-21, 21-16, 14-21. Di laga kedua, Hendra/Ahsan juga menyerah dari Chai Biao/Hong Wei (China) dengan 15-21, 17-21.
"Ahsan/Hendra terlalu banyak kalkulasi sehingga mereka bermain di bawah tekanan, Seharusnya mereka bisa bermain apa adanya. Permainan terbaik mereka tidak bisa keluar," ucap peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996 bersama Ricky Soebagja itu.
"Kalau bicara beban, semua yang bermain di Olimpiade ini juga punya beban. Oleh karena itu, pola pikirnya harus diubah dengan bermain nothing to lose tetapi tetap fight," kata Rexy menambahkan.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | badmintonindonesia.org |
Komentar