Pada turnamen kasta kedua ini, hampir setiap laga usai selalu ada caci-maki untuk wasit. Tak jarang juga, para pencaci menduga keterlibatan mafia pertandingan.
Partai PSBK kontra Laga FC di Stadion Soeprijadi Kota Blitar, adalah contohnya. Pertandingan ini dihentikan empat menit sebelum pertandingan berakhir karena wasit merasa terancam.
Kubu Laga FC sempat mengejar wasit dan nyaris menghakiminya. Sebelumnya, mereka pun berbuat onar dengan mogok bertanding kala tandang ke markas Persik di Stadion Brawijaya Kediri.
Sebelumnya, tudingan mafia, baik yang berafi liasi dengan wasit ataupun tidak, dilontarkan oleh pelatih PSM Makasar, Robert Rene Alberts.
Kemudian yang terakhir, pelatih Persegres Gresik United, Liestiadi, ikut meluapkan tudingan itu setelah ditundukkan PSM 1-4.
Menjawab banyaknya laporan ketidakpuasan kinerja wasit, PT GTS memulangkan sembilan dari 32 wasit yang dianggap tidak layak memimpin pertandingan. Meski demikian, Joko Driyono, Direktur PT GTS, enggan menyebut nama-nama wasit tersebut.
"Informasi pemulangan wasit sudah saya sampaikan pada tiap klub. Kami dan peserta turnamen sudah sepakat untuk menjaga integritas pertandingan," katanya.
PT GTS memang mesti bekerja ekstra terkait integritas wasit yang mengadili pertandingan.
Hal ini menjadi tuntutan selain ketegasan PT GTS memberikan sanksi yang menjerakan bagi pelanggaran serius seperti dilakukan pemain Persinga. Berani, GTS?
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar