Sosok pebulu tangkis ganda putra nasional, Hendra Setiawan, paling pas digambarkan dengan filosofi Ilmu Padi, semakin berisi, semakin merunduk. Artinya, semakin tinggi prestasinya, semakin rendah hatinya.
Meskipun Hendra sudah pernah menjuarai semua titel, namun dia tetap bersahaja.
Seluruh gelar juara perorangan sudah pernah diraih Hendra. Bersama Markis Kido, Hendra meraih medali emas pada Olimpiade Beijing 2008, Juara Dunia 2007, dan medali emas pada Asian Games Guangzhou 2010.
Ketika dipasangkan dengan Mohammad Ahsan seusai Olimpiade London 2012, Hendra kembali menunjukkan kualitasnya sebagai pemain kelas dunia.
Ahsan/Hendra berhasil menjuarai Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, China. Dua tahun kemudian mereka kembali menjadi kampiun pada 2015.
Dengan sederet gelar yang dimilikinya, Hendra tak pernah sekalipun dicap sombong, baik oleh rekan-rekan sepelatnas, juniornya, pelatih, atau siapa pun.
Dia bahkan dijadikan panutan bagi para juniornya. Hendra tetaplah sosok yang sama seperti dulu, Hendra yang pendiam. Berbeda dengan pasangan mainnya, Mohammad Ahsan, yang memang lebih ekspresif di lapangan.
"Dari dulu saya memang begini orangnya, bukan yang ekspresif, kalau diubah juga nggak bisa. Di luar lapangan, saya juga kayak gini, padahal di keluarga saya orangnya ekspresif semua. Mungkin saya jadinya mengimbangi, ha-ha-ha," kata Hendra.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | badmintonindonesia.org |
Komentar