Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Tiga Pelatih TSC Merasa Gagal Mengangkat Tim

By Senin, 8 Agustus 2016 | 15:56 WIB
Subangkit, Paulo Camargo, dan Jafri Sastra, beruntun meninggalkan kursi kepelatihan masing-masing.
HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET
Subangkit, Paulo Camargo, dan Jafri Sastra, beruntun meninggalkan kursi kepelatihan masing-masing.

Selasa (2/8/2016) pagi di Lapangan Yon Zikon 14 Srengseng Sawah, Jakarta, pelatih Paulo Camargo dan asisten pelatih, Denimar Carlos, tak bergegas berganti pakaian latihan serta masih duduk di kursi mobilnya kendati waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, di mana latihan Persija harusnya dimulai.

Penulis: Ferry Tri Adi/Gatot Susetyo/Yosrizal

Tak lama kemudian, arsitek asal Brasil itu menuju ruang ganti pemain diikuti Presiden Persija, Ferry Paulus. Ruang ganti pun mendadak sunyi.

Setengah jam berselang, Camargo ditemani dua asisten pelatih, Carlos dan Nimrot Manalu, keluar dari ruang ganti tanpa diikuti pemain.

Masih tetap dengan kemeja putih dan celana jin hitam panjang plus kacamata hitam. Pemain, staf pelatih sisanya, serta presiden klub masih belum meninggalkan ruang ganti.

Camargo pun langsung mendatangi wartawan dan memberikan sepucuk surat.

“Ini surat yang saya tulis berisi ucapan terima kasih dan permintaan maaf kepada yang sudah mendukung klub ini, Jakmania, manajemen, pemain, staf pelatih, dan tentu media. Persija membutuhkan perubahan. Karena itu, saya harus pergi. Padahal, saya mau bertahan di sini. Saya sudah menjelaskan tentang situasi di tim. Kami berada dalam kondisi sulit. Keputusan saya ini tentu dengan maksud agar Persija bisa lebih baik,” tulis eks nakhoda Persibo Bojonegoro itu.

Hari itu merupakan hari resmi Macan Kemayoran ditinggal Camargo dan dua asistennya, Carlos serta Nimrot. Hari yang mengejutkan semua pihak di klub ibu kota itu.

“Saya jadi agak kaget dan panik. Kemarin sore Camargo minta bicara dengan saya, tapi saya tidak bisa. Saya pikir mau bicara soal pemain atau teknis tim. Namun, ternyata dia minta mengundurkan diri. Dia datang secara ksatria karena merasa gagal mengangkat tim,” kata Ferry Paulus.

Ya, selama tujuh pekan TSC 2016, performa Persija menjadi sorotan. Macan Kemayoran tidak pernah menang dalam tujuh laga terbaru (enam kalah dan satu seri).

Camargo selalu berujar bahwa kemerosotan timnya karena tak punya pemain asing dengan kualitas bagus untuk mendukung pemain muda lokal yang tampil apik.

Persija tampaknya mulai bersolek “mengikuti” pesan yang ditinggalkan Camargo. Beberapa pemain asing anyar didatangkan untuk menjalani percobaan.

Klub kebanggaan Jakmania itu ingin bangkit di putaran kedua nanti.

Jan Saragih, asisten Camargo, pun ditunjuk sebagai caretaker hingga waktu yang belum ditentukan.

Sejauh ini Ferry belum punya bayangan pengganti Camargo.

“Saya belum terbayang karena memang mendadak dan di luar prediksi. Mencari pelatih tidak mudah. Sepertinya harus cari pelatih asing lagi karena pelatih lokal belum ada di pikiran,” tutur Ferry.

“Yang pasti kami sudah sadar mau bangkit. Hal itu yang paling utama untuk membenahi mental. Kalau sudah sadar, kami akan mendobrak itu dan start dari tempat yang benar,” ujar Jan menambahkan.

Tujuh Laga Minus

Angka 13 tampaknya mulai nyata sebagai angka sial.

Sebelum Camargo mundur, Subangkit (Mitra Kukar) dan Jafri Sastra (Persipura) meletakkan jabatannya pada pekan ke-13.

Tiga pelatih lengser dalam rentang waktu 24 jam.

Subangkit juga gagal memberi kemenangan dalam tujuh laga terakhir buat publik Kutai Kartanegara (tiga kalah dan empat seri).

Puncaknya, saat manajemen ingin meraih kemenangan untuk dipersembahkan kepada sang pendiri klub, almarhum H. Syaukani H.R., yang baru saja tutup usia, ternyata Mitra Kukar malah ditahan imbang PSM 2-2.

“Masalah Mitra Kukar sangat kompleks. Dalam hal teknis, tujuh pertandingan terakhir luar biasa keras. Terutama empat pekan terakhir ketika jadwal pertandingan sangat padat. Pelatih harus menyiapkan tim dan strategi jitu. Sementara energi pemain digenjot habis-habisan demi mengejar target yang diberikan manajemen,” kata Subangkit.

Jafri Sastra merupakan nama lain yang meninggalkan kursi pelatih. Kegagalannya memenuhi ekspektasi publik Papua menjadi alasan. Mutiara Hitam meraih dua kemenangan, dua seri, dan tiga kalah dalam tujuh laga.

Baca Juga:

Namun, Benhur Tommy Mano, Ketua Umum Persipura, mengatakan tidak ada pemecatan terhadap Jafri.

“Kami sepakat tidak melanjutkan kerja sama. Kami menghormati dan mengapresiasi kinerja Jafri, ada kisah sedih dan ada kemenangan luar biasa. Saya mengucapkan terima kasih buat Jafri,” ujarnya.

Lain hal dengan Camargo dan Subangkit, kepergian Jafri justru disambut Mitra Kukar, yang baru ditinggal arsiteknya.

Pelatih berusia 51 tahun itu dihubungi manajemen Naga Mekes beberapa jam setelah berita pengunduran dirinya.

Ia pun gagal mewujudkan rencana pulang ke Padang dan berbelok ke Tenggarong.

“Dengan suasana kekeluargaan, saya mau meninggalkan kursi pelatih Persipura karena sayang dengan tim ini. Persipura adalah tim besar. Ternyata di tangan saya belum mampu menunjukkan kebesarannya itu. Saya berharap Persipura kembali bangkit dan besar. Mungkin nasib saya yang belum ditakdirkan jadi penganggur. Saya terima tawaran Mitra Kukar,” kata Jafri.

Camargo dan Subangkit punya cerita gagal mendongkrak tim. Jafri bersama Persipura mulai menunjukkan kemerosotan. Apa pun kisahnya, kursi panas pelatih menjadi bumbu TSC 2016.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.686


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X