Sementara itu, Barca pernah menikmati peran krusial Juan Antonio Pizzi dan Henrik Larsson sebagai supersub di masa lalu.
Di musim 1996/97, Pizzi menjadi pelapis abadi Ronaldo, tapi sukses mengemas 16 gol dan menghadirkan gelar Supercopa dan Copa del Rey.
Cromos de fútbol: Juan Antonio Pizzi temporada 97/98 con el F.C Barcelona. pic.twitter.com/EW1GPVWFdg
— El Detalle del Fútbo (@Detalle_futbol) June 26, 2014
Larsson? Tentu masih segar dalam ingatan Barcelonistas bagaimana eks Glasgow Celtic ini mengirim dua assist yang menentukan trofi Liga Champion Blaugrana pada 2005/06.
Sepanjang kariernya di Camp Nou, di bawah bayang-bayang Samuel Eto’o, Lione Messi, dan Ludovic Giuly, Larsson bahkan mencetak total 19 gol dalam 58 partai.
Di musim panas ini, perburuan Barca akan seorang supersub masih menemui jalan buntu.
Nolito, Luciano Vietto, dan Gameiro sudah memastikan penolakan, sedangkan legiun lain di Eropa seperti Carlos Bacca, atau Jonas Goncalves pun belum berhasil.
Begitu pula dengan upaya merekrut Alexandre Lacazette, Robin van Persie, dan Mario Gomez.
Karena itu, wajar apabila para petinggi The Catalans mulai membidik Amerika Selatan sebagai destinasi pencarian berikut.
Setidaknya, inilah pengakuan Robert Fernandez, Direktur Olahraga Barca yang memilih berburu penyerang di seberang Samudra Atlantik alih-alih menemani Messi dkk berlatih di St Georges’ Park.
Belum ada calon resmi, selain Gabigol yang sempat disebut-sebut bakal direkrut di awal musim panas.
Sama seperti yang dirasakan para "camat", Fernandez pun tak mudah meyakinkan mereka untuk bergabung sebagai D’Artagnan sebagai deputi bagi Three Musketeer: Messi, Luis Suarez, dan Neymar.
Tak perlu muda, pemain tua seperti Larsson atau Chicharito pun terbukti masih bisa memberi dampak positif.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.685 |
Komentar