Indonesia memiliki banyak stok gelandang serang, baik yang beroperasi di sisi maupun tengah lapangan. Namun, kondisi tersebut justru bisa menjadi masalah sekaligus solusi bagi pelatih tim nasional senior, Alfred Riedl. Mengapa?
Penulis: Martinus Bangun/Kukuh Wahyudi
Pada edisi 2677, BOLA menampilkan sejumlah nama-nama potensial yang sebelumnya jarang masuk radar timnas tetapi sejatinya punya potensi untuk bersaing mendapat satu tempat di lini tengah Merah-Putih.
Dari daftar yang disusun BOLA tersebut, terdapat sejumlah nama semisal Jefri Kurniawan dan Terens Puhiri (Borneo FC), Hendra Bayauw (Mitra Kukar), Anis Nabar (Sriwijaya FC), Basri Lohi (PSM Makassar), M. Tahir (Persipura), hingga Guntur Triaji (PS TNI).
Belakangan ada beberapa nama lain yang ikut mencuat seiring penampilan apik mereka di Torabika Soccer Championship (TSC) seperti Abdul Aziz (Persiba Balikpapan), M. Rahmat (PSM), Loudry Setiawan (Bali United), Septian David Maulana (Mitra Kukar), serta duo kawakan Madura United, Engelbert Sani dan Slamet Nurcahyo.
Padahal, di luar nama-nama itu saja, Indonesia masih memiliki banyak stok gelandang serang lain yang sebelumnya rutin keluar masuk timnas.
Dari jebolan timnas SEA Games 2013, ada nama-nama seperti Adam Alis (Barito Putera), Evan Dimas, Fandi Eko Utomo (Bhayangkara Surabaya United), Ahmad Nufiandani (Arema Cronus), Paulo Sitanggang (Barito Putera), dan Wawan Febrianto (PS TNI).
Lalu jika berkaca pada stok timnas sebelumnya, masih ada pula nama-nama seperti Zulham Zamrun (Persib), Irsyad Maulana (Semen Padang), Dedi Hartono (Barito Putera), Ian Kabes dan Nelson Alom (Persipura), Dedi Kusnandar (Sabah FA), serta Andik Vermansyah (Selangor FA).
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.683 |
Komentar