"Ia sebenarnya sempat bingung karena saat sudah mencetak dua gol, tetap dinilai belum tajam. Saya bilang: 'Inilah hidup dan sepak bola Indonesia. Kamu harus tetap berjuang'. Saya tetap memberikan kepercayaan dan ternyata ia bisa buktikan. Dalam hal kualitas, ia memang tipikal pemain Brasil yang punya teknik bagus," ujar Mundari Karya.
Pelatih Barito itu juga mengedepankan faktor keberadaan gelandang-gelandang kreatif semacam Paulo Sitanggang, Adam Alis, Ibrahim Conteh, dan Rizky Pora, yang rutin menopang kerja Luis dari lini kedua.
"Saya bilang: 'Kamu beruntung punya rekan-rekan setim yang juga berkualitas'. Pada dasarnya, Luis memang striker yang mau bekerja keras dan bekerja sama dengan rekan-rekannya," ujar Mundari.
Nostalgia Bako
Melihat aksi Luis, Mundari bak bernostalgia saat ia menangani Barito di Liga Indonesia 2002.
Kala itu Barito memiliki striker asing yang juga tajam, Bako Sadissou.
Pemain asal Kamerun itu mengoleksi total 22 gol dan berperan besar dalam mengantar Barito ke babak 8 besar. Bako kini melatih tim Barito U-21.
"Saat itu tak banyak orang yang mengenal Bako. Sampai akhirnya ia tampil bagus sepanjang musim dan disegani lawan. Saya harap Luis sebagai pemain debutan di Indonesia juga bisa bernasib seperti Bako," ujar Mundari.
Hanya, mantan pelatih timnas U-16 ini tentunya paham bahwa ketajaman Luis semata tidak bisa terus-menerus diandalkan meraih kemenangan.
Bukti paling sahih tak lain ketika Luis mengemas trigol ke gawang Persipura di pekan keenam, walau Barito tetap kalah 4-5.
Di TSC, catatan kebobolan 16 kali milik klub asal Banjarmasin itu hanya lebih baik dibandingkan dengan Persela (18) dan Persegres (19).
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar