BANGKALAN, JUARA.net – Nada miring dari beberapa pihak membuat Madura United berang. Mereka tak terima disebut sebagai ’anak emas’ PT Gelora Trisula Semesta (PT GTS), selaku operator TSC 2016.
Penilaian Madura United (MU) jadi ’anak emas’ PT GTS itu terkait perubahan hukuman laga kandang mereka. Manajer MU, Haruna Soemitro dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Tuduhan tersebut berawal dari keputusan diskresi GTS yang sebelumnya menghukum Madura United bermain di luar kandang saat berhadapan dengan Mitra Kukar pada Sabtu (2/7/2016).
Namun, keputusan berubah dan Madura United dipersilakan menggunakan Stadion Gelora Bangkalan sebagai home base.
”Kami mematuhi keputusannya, yang penting juga menggunakan hak bandingnya."
Manajer Madura United, Haruna Sumitro
”Tidak benar kalau ada yang bilang hukuman GTS lembek atau mereka takut dengan intervensi Madura United dan Haruna Soemitro,” kata Haruna dengan nada tinggi saat mengklarifikasi tuduhan tersebut.
Keputusan tersebut menurut Haruna adalah buah dari protes yang disertai bukti yang dilayangkan oleh manajemen Madura United pada GTS.
Sebab, panitia pelaksana (panpel) MU sudah melakukan pencegahan sebelum terjadinya insiden menyalanya flare pada 15 Juni 2016. Dari insiden itu, laga MU melawan Persiba Balikpapan terhenti.
”Kami mengajukan diskresi dan punya banyak bukti sudah melakukan banyak upaya pencegahan. Apakah itu salah kalau kami mengajukan protes?” tutur Haruna.
Baca juga:
- Bek Naturalisasi Berusia 38 Tahun Dipanggil Timnas Singapura
- Respek untuk Semen Padang dari 'Pahlawan' Arema
- Adam Alis Buka Kemenangan, Barito Putera Cetak Lima Gol
Haruna juga meminta kepada semua klub bahwa saat terkena hukuman, ada fasilitas yang diberikan oleh GTS kepada klub, salah satunya adalah banding.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | juara |
Komentar