Pebulu tangkis tunggal putri Thailand, Ratchanok Intanon, bertekad meraih medali emas pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, Agustus mendatang.
Empat tahun lalu, pada Olimpiade 2012 London, pebulu tangkis 21 tahun ini terhenti pada babak perempat final setelah dikalahkan unggulan kedua asal China, Wang Xin, dengan 21-17, 18-21, 14-21.
"Saya pikir, ketika itu saya punya kesempatan untuk menang dan sangat dekat dengan meraih medali," kata Intanon dalam wawancara dengan Reuters di Sydney, Australia, Selasa (7/6/2016).
Intanon menyebut pengalaman bertanding yang masih minim jadi alasan kekalahannya. Ketika itu, dia masih sangat muda, 17 tahun, sementara Wang sudah kaya pengalaman.
"Mungkin, secara mental dia lebih baik dari saya," kata Intanon.
Setelah kekalahan tersebut, Intanon merasa sangat kecewa. Bahkan, dia sempat merasa enggan untuk berlatih dan bermain bulu tangkis lagi.
"Namun, saya mendapatkan dukungan. Keluarga yang mencintai saya berkata bahwa tidak apa-apa kalah, saya masih punya waktu. Saya harus belajar lagi," ujar Intanon.
Intanon pun bangkit. Pada 2013, dia menjadi pebulu tangkis termuda sepanjang sejarah yang bisa menjadi juara dunia yakni ketika berusia 18 tahun.
Pada partai final turnamen yang berlangsung di Guangzhou, China, dia menundukan peraih medali emas Olimpiade 2012, Li Xuerui.
Setelah pencapaian tersebut, jalan terjal kembali harus dilalui perempuan yang biasa disapa May ini. Cedera beruntun dan tak kunjung pulih membuat performanya menurun.
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | Reuters |
Komentar