Dalam periode sedekade terakhir, timnas Jerman hanya mengangkat dua pelatih, yakni Juergen Klinsmann (2004-2006) dan Loew (sejak 2006). Sementara itu, jumlah pergantian arsitek di kubu Brasil mencapai dua kali lipat.
Momen suksesi itu ialah dari Carlos Alberto Parreira ke Dunga (2006), Dunga kepada Mano Menezes (2010), Menezes untuk Scolari (2012), dan Scolari ke Dunga (2014).
#Dunga has hinted in an interview with SporTV that #Neymar might be stripped from Brazil's captaincy. pic.twitter.com/BfxfydvuHH
— Seleção Brasileira (@BrazilStats2) May 22, 2016
Kekalutan di kursi panas pelatih Brasil tentu dibarengi penerapan filosofi, sistem, dan preferensi pemain yang berubah-ubah. Di bawah asuhan Dunga usai PD 2014, Selecao nyaris tak punya wajah tetap.
Brasil memainkan berbagai variasi strategi dan tampak belum menemukan ramuan mujarab. Dunga memakai sistem 4-2-2-2, 4-2-3-1, 4-2-1-3, 4-3-2-1, 4-3-1-2, 4-5-1, 4-1-4-1, sampai 4-3-3!
Jangan lupakan pula sederet kontroversi yang hadir setiap kali Dunga menentukan susunan pemain.
Pada Copa America 2016, dia tak memanggil pemain yang membela klub top Eropa semacam Thiago Silva, David Luiz (Paris Saint-Germain), atau Marcelo Vieira (Real Madrid).
Inkonsistensi itu yang membuat Brasil sulit menemukan jati diri dan racikan yang konsisten guna meramu tim kuat.
"Selalu sulit jika Anda mendapati tim dan pelatih yang berubah-ubah hari ini, besok, lusa, atau nanti. Brasil harus bekerja sangat, sangat keras untuk dapat kembali memenangi titel," kata Elber.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | juara |
Komentar