Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ini Alasan Kemunduran Timnas Brasil di Kancah Internasional

By Beri Bagja - Rabu, 1 Juni 2016 | 20:16 WIB
Para pemain Brasil saat menjalani sesi latihan di Granja Comary Sports Complex, Teresopolis, 22 Maret 2016.
VANDERLEI ALMEIDA/AFP
Para pemain Brasil saat menjalani sesi latihan di Granja Comary Sports Complex, Teresopolis, 22 Maret 2016.

Seperti sebuah tradisi, Brasil mencuat sebagai kandidat juara turnamen akbar. Kondisi itu terjadi pula menjelang Copa America Centenario 2016 di Amerika Serikat.

Melihat akar sejarah dan nama besar, Brasil tetap layak dipertimbangkan sebagai salah satu calon juara.

Hanya, sang raksasa Amerika Selatan kini tidak lagi seganas dulu. Rekor aktual Brasil saat melakoni turnamen akbar internasional tidak lagi mencerminkan tim super.

Pada ajang Piala Dunia, Selecao selalu gagal mengangkat trofi setelah menjuarai edisi 2002. Secara berturut-turut, Brasil hanya finis di fase perempat final (PD 2006 dan 2010), serta semifinal (2014).

Pindah ke kancah Copa America, prestasi Brasil pada dua edisi terbaru sebatas mencapai perempat final (2011 dan 2015).

Baca Juga:

Mantan penyerang timnas Brasil, Giovane Elber, memaparkan analisis mengenai kemunduran negaranya.

Faktor pertama adalah ketiadaan stok bintang kelas wahid setelah generasi Romario, Bebeto, Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho, atau Ricardo Kaka.

Elber menunjuk sosok Neymar sebagai satu-satunya figur yang menonjol secara global dalam era paceklik bintang Selecao saat ini.

Selain hal tersebut, Elber menyinggung faktor teknis sebagai penyebab ketidakstabilan performa Brasil.

"Saya tak pernah melihat Brasil mampu menjuarai Piala Dunia. Hal ini tak normal karena Brasil biasanya selalu punya tim yang hebat," katanya dalam sesi wawancara eksklusif dengan JUARA.net pada acara Allianz Junior Football Camp 2016 di Jakarta, Sabtu (28/5/2016).


Giovane Elber (kedua dari kanan) melayani pertanyaan yang diajukan JUARA.net dan Tabloid BOLA secara antusias dalam sesi wawancara eksklusif pada rangkaian acara Allianz Junior Football Camp 2016 di Jakarta, 28 Mei 2016.(BERI BAGJA/JUARA.net)

Elber, kini 43 tahun, menyinggung lambatnya program regenerasi yang dicanangkan otoritas sepak bola Brasil sebagai faktor penyebab kemunduran timnas.

"Lihat Jerman. Saya berani menyebut mereka tim terbaik karena telah mempersiapkan diri sejak 2010 untuk menjuarai Piala Dunia 2014. Mereka punya pemain, sistem permainan, dan pelatih yang sama," kata legenda Bayern Muenchen itu.

Elber menyoroti kondisi berlawanan antara Jerman dan Brasil dalam rentang waktu yang sama.

Pada dua edisi Piala Dunia terakhir, Jerman mengandalkan racikan pelatih Joachim Loew dengan tulang punggung tim bermaterikan pemain yang nyaris tidak berubah.

Bandingkan dengan Brasil, yang menuntaskan PD 2014 di kandang sendiri dengan kekalahan beruntun memalukan dari Jerman (1-7) dan Belanda (0-3).

Hasil itu membuat keputusan mundur pelatih Luiz Felipe Scolari menjadi realistis. Usai Scolari, Brasil menunjuk Dunga, pelatih yang pernah menukangi timnas pada 2006-2010. 

Dalam periode sedekade terakhir, timnas Jerman hanya mengangkat dua pelatih, yakni Juergen Klinsmann (2004-2006) dan Loew (sejak 2006). Sementara itu, jumlah pergantian arsitek di kubu Brasil mencapai dua kali lipat.

Momen suksesi itu ialah dari Carlos Alberto Parreira ke Dunga (2006), Dunga kepada Mano Menezes (2010), Menezes untuk Scolari (2012), dan Scolari ke Dunga (2014).

Kekalutan di kursi panas pelatih Brasil tentu dibarengi penerapan filosofi, sistem, dan preferensi pemain yang berubah-ubah. Di bawah asuhan Dunga usai PD 2014, Selecao nyaris tak punya wajah tetap.

Brasil memainkan berbagai variasi strategi dan tampak belum menemukan ramuan mujarab. Dunga memakai sistem 4-2-2-2, 4-2-3-1, 4-2-1-3, 4-3-2-1, 4-3-1-2, 4-5-1, 4-1-4-1, sampai 4-3-3!

Jangan lupakan pula sederet kontroversi yang hadir setiap kali Dunga menentukan susunan pemain.

Pada Copa America 2016, dia tak memanggil pemain yang membela klub top Eropa semacam Thiago Silva, David Luiz (Paris Saint-Germain), atau Marcelo Vieira (Real Madrid).

Inkonsistensi itu yang membuat Brasil sulit menemukan jati diri dan racikan yang konsisten guna meramu tim kuat.

"Selalu sulit jika Anda mendapati tim dan pelatih yang berubah-ubah hari ini, besok, lusa, atau nanti. Brasil harus bekerja sangat, sangat keras untuk dapat kembali memenangi titel," kata Elber.


Giovane Elber berpose setelah melakoni wawancara dengan JUARA.net dalam rangkaian program Allianz Junior Football Camp 2016 di Kuningan, Jakarta, 28 Mei 2016.(BERI BAGJA/JUARA.net)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Beri Bagja
Sumber : juara


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X