Seperti sebuah tradisi, Brasil mencuat sebagai kandidat juara turnamen akbar. Kondisi itu terjadi pula menjelang Copa America Centenario 2016 di Amerika Serikat.
Melihat akar sejarah dan nama besar, Brasil tetap layak dipertimbangkan sebagai salah satu calon juara.
Hanya, sang raksasa Amerika Selatan kini tidak lagi seganas dulu. Rekor aktual Brasil saat melakoni turnamen akbar internasional tidak lagi mencerminkan tim super.
Pada ajang Piala Dunia, Selecao selalu gagal mengangkat trofi setelah menjuarai edisi 2002. Secara berturut-turut, Brasil hanya finis di fase perempat final (PD 2006 dan 2010), serta semifinal (2014).
Pindah ke kancah Copa America, prestasi Brasil pada dua edisi terbaru sebatas mencapai perempat final (2011 dan 2015).
Baca Juga:
- Kisah 96 Hari Marcus Rashford, Debut Klub sampai Masuk Skuat Piala Eropa 2016
- 5 Pekerjaan Rumah yang Harus Dibereskan Jose Mourinho di Man United
- Klub Malaysia Bisa Bikin Patah Hati Persib
Mantan penyerang timnas Brasil, Giovane Elber, memaparkan analisis mengenai kemunduran negaranya.
Faktor pertama adalah ketiadaan stok bintang kelas wahid setelah generasi Romario, Bebeto, Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho, atau Ricardo Kaka.
Elber menunjuk sosok Neymar sebagai satu-satunya figur yang menonjol secara global dalam era paceklik bintang Selecao saat ini.
Selain hal tersebut, Elber menyinggung faktor teknis sebagai penyebab ketidakstabilan performa Brasil.
"Saya tak pernah melihat Brasil mampu menjuarai Piala Dunia. Hal ini tak normal karena Brasil biasanya selalu punya tim yang hebat," katanya dalam sesi wawancara eksklusif dengan JUARA.net pada acara Allianz Junior Football Camp 2016 di Jakarta, Sabtu (28/5/2016).
Elber, kini 43 tahun, menyinggung lambatnya program regenerasi yang dicanangkan otoritas sepak bola Brasil sebagai faktor penyebab kemunduran timnas.
"Lihat Jerman. Saya berani menyebut mereka tim terbaik karena telah mempersiapkan diri sejak 2010 untuk menjuarai Piala Dunia 2014. Mereka punya pemain, sistem permainan, dan pelatih yang sama," kata legenda Bayern Muenchen itu.
Elber menyoroti kondisi berlawanan antara Jerman dan Brasil dalam rentang waktu yang sama.
Pada dua edisi Piala Dunia terakhir, Jerman mengandalkan racikan pelatih Joachim Loew dengan tulang punggung tim bermaterikan pemain yang nyaris tidak berubah.
Bandingkan dengan Brasil, yang menuntaskan PD 2014 di kandang sendiri dengan kekalahan beruntun memalukan dari Jerman (1-7) dan Belanda (0-3).
Hasil itu membuat keputusan mundur pelatih Luiz Felipe Scolari menjadi realistis. Usai Scolari, Brasil menunjuk Dunga, pelatih yang pernah menukangi timnas pada 2006-2010.
Dalam periode sedekade terakhir, timnas Jerman hanya mengangkat dua pelatih, yakni Juergen Klinsmann (2004-2006) dan Loew (sejak 2006). Sementara itu, jumlah pergantian arsitek di kubu Brasil mencapai dua kali lipat.
Momen suksesi itu ialah dari Carlos Alberto Parreira ke Dunga (2006), Dunga kepada Mano Menezes (2010), Menezes untuk Scolari (2012), dan Scolari ke Dunga (2014).
#Dunga has hinted in an interview with SporTV that #Neymar might be stripped from Brazil's captaincy. pic.twitter.com/BfxfydvuHH
— Seleção Brasileira (@BrazilStats2) May 22, 2016
Kekalutan di kursi panas pelatih Brasil tentu dibarengi penerapan filosofi, sistem, dan preferensi pemain yang berubah-ubah. Di bawah asuhan Dunga usai PD 2014, Selecao nyaris tak punya wajah tetap.
Brasil memainkan berbagai variasi strategi dan tampak belum menemukan ramuan mujarab. Dunga memakai sistem 4-2-2-2, 4-2-3-1, 4-2-1-3, 4-3-2-1, 4-3-1-2, 4-5-1, 4-1-4-1, sampai 4-3-3!
Jangan lupakan pula sederet kontroversi yang hadir setiap kali Dunga menentukan susunan pemain.
Pada Copa America 2016, dia tak memanggil pemain yang membela klub top Eropa semacam Thiago Silva, David Luiz (Paris Saint-Germain), atau Marcelo Vieira (Real Madrid).
Inkonsistensi itu yang membuat Brasil sulit menemukan jati diri dan racikan yang konsisten guna meramu tim kuat.
"Selalu sulit jika Anda mendapati tim dan pelatih yang berubah-ubah hari ini, besok, lusa, atau nanti. Brasil harus bekerja sangat, sangat keras untuk dapat kembali memenangi titel," kata Elber.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | juara |
Komentar