Faktor Zidane
Real Madrid tidak lagi alergi terhadap tim-tim kuat seperti pada paruh pertama kompetisi saat kendali ruang ganti masih berada di tangan Rafael Benitez. Hasil-hasil pertandingan kontra Barcelona, Sevilla, Villarreal, dan Valencia sungguh bertolak belakang pada paruh kedua.
Keberadaan Zinedine Zidane di kursi kepelatihan menghasilkan kemenangan atas keempat tim kuat tersebut. Di era Benitez, Real Madrid keok dari Barcelona (0- 4), Sevilla (2-3), dan Villarreal (0-1), serta bermain imbang melawan Valencia (2-2).
Satu-satunya cacat Zidane yakni kalah dari Atletico Madrid (0-1) di Santiago Bernabeu, sedangkan Benitez mampu menahan imbang seteru sekota di Vicente Calderon (1-1). Namun, hasil negatif itu justru menjadi titik balik Real Madrid.
Total 11 kemenangan beruntun sanggup ditorehkan usai menerima tamparan Atletico. Jumlah ini menyamai perolehan Jose Mourinho (2011-12) dan berjarak satu lebih sedikit dari Carlo Ancelotti (2014-15).
Zidane terbilang berhasil membenahi mental Real Madrid. Buktinya, mereka bisa menang kendati sempat tertinggal lebih dulu, bukan cuma sekali, tapi dua kali sewaktu meladeni Barcelona dan Rayo Vallecano.
Oleh sebab itulah, andaikan benar-benar gagal menjuarai liga, Real Madrid tak perlu terlalu larut dalam kesedihan. Fondasi mental tim sudah terbentuk dan Zidane tinggal mempertahankannya untuk bangkit merebut titel La Liga dari tangan Barcelona pada musim depan.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.666 |
Komentar