Menang tipis? Menang jelek? Istilah itu mungkin memang ada di sepak bola, tapi seharusnya tak pantas disematkan ke skuat Atletico Madrid asuhan Diego Simeone terlepas dari fakta tren kemenangan mereka sepanjang musim ini.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Setiap tim berhak memilih filosofi masing-masing.
Atletico era Simeone mengidentifikasikan diri mereka dengan sebuah benteng atau bendungan tangguh yang mampu menyerap gelombang dan mengubahnya menjadi energi positif lainnya.
Kemenangan tipis 1-0 atas Malaga pada akhir pekan lalu menunjukkan pembuktian lain soal itu. Gol Atleti dicetak pemain pengganti, Angel Correa, lewat tendangan yang arahnya berbelok.
Entah bagaimana pun gol tercipta, selama wasit mengesahkan dan lawan tak sanggup menyamakan skor, Atleti berhak membawa pulang poin sempurna.
Menang! Tak peduli istilah menang tipis, menang jelek, menang beruntung, untuk saat ini Atletico akan sangat senang dengan kata menang.
Mereka butuh kata itu untuk terus menjaga persaingan dengan Barcelona dan Real Madrid di klasemen.
[video]http://players.brightcove.net/4386485688001/5f5050ba-12eb-4380-b837-257aded67fbc_default/index.html?videoId=4868197280001&preload=none[/video]
Oh ya, jangan lupa insiden lempar bola yang bikin Simeone diusir menjelang jeda.
Sebuah bola dilempar ke dalam lapangan dari area teknis pelatih ketika para pemain Malaga dalam proses melakukan serangan balik.
Ketika ditanya wasit Mateu Lahoz siapa pelaku pelemparan bola, Simeone tak bisa menjawab. Sesuai pasal 101.2 Kode Disiplin RFEF (Federasi Sepak Bola Spanyol), Lahoz sudah tepat mengusir Simeone karena pada saat itu, sang pelaku tak diketahui.
Rekaman televisi menunjukan seorang anak gawang melakukannya.
Tetapi, bukti serupa juga turut memperlihatkan Simeone membisikkan sesuatu ke anak tersebut sebelum ia melakukan lemparan bola.
Atas insiden ini, sesuai pasal 101.2, Simeone bisa terancam sanksi absen dalam tiga laga Atletico.
“Tayangan ulang akan menunjukkan kejadian sebenarnya. Semua akan jelas. Seorang anak di sebelah saya yang melempar bola, tapi itu tak berarti apa-apa. Wasit memang bertindak benar sesuai regulasi. Tak ada lagi yang perlu dibahas,” tutur sang bos di Marca.
Poros Belakang
Menang dengan segala cara. Inikah salah satu contoh makna menang dengan segala cara?
Bagi sebagian pihak, termasuk elemen Malaga, apa yang Simeone dan anak gawang lakukan barangkali menyalahi aturan fair play.
Pada saat insiden berlangsung, sebelum jeda, skor toh masih imbang tanpa gol. Sebuah serangan balik berpotensi gol bagi Malaga jelas bisa berbahaya.
Simeone memulai laga di babak kedua dengan sudah berada di ruang VIP.
Atletico tetap mengakhiri duel itu sebagai pemenang via gol tunggal Correa.
Untuk kesembilan kalinya musim ini, Atleti mampu menang dengan skor tipis 1- 0.
Jumlah itu sudah satu lebih banyak ketimbang rekor mereka, delapan kali 1-0 pada La Liga musim 1991/92.
Untuk ke-22 kali musim ini, gawang Jan Oblak kembali tak kebobolan.
Kalau menghitung duel di semua ajang, Oblak sudah 29 kali tak kejebolan.
Tak ada kiper lain di sepanjang sejarah klub top Spanyol yang mampu menorehkan jumlah cleen sheet sebanyak itu dalam satu musim!
Sungguh sebuah pameran pertahanan yang signifikan. Padahal, sepanjang musim ini, Simeone dipusingkan dengan rotasi bek tengah.
Pilar-pilar terus bertumbangan, mulai dari Diego Godin, Jose Gimenez, sampai Stefan Savic.
Namun, siapa pun yang sedang diturunkan mampu menjalankan peran istimewa. Terutama bagi Savic, sang rekrutan anyar musim ini.
Kepastian cedera hamstring yang diderita Godin pada pekan lalu memberikan peluang merumput lebih bagi Savic ke depannya.
Eks bek Fiorentina itu mampu memberikan ketenangan ekstra buat Oblak. Tiap kali Atletico dan Simeone memainkan Savic sejak menit awal di La Liga, mereka tak pernah kalah dan gawang Oblak tak pernah terkoyak.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.664 |
Komentar