Para pemain Liverpool berjalan menyusuri lorong Old Trafford dengan suasana suka. Mereka siap berpesta di ruang ganti, tapi tidak bagi Mamadou Sakho. Dia satu dari dua pemain The Reds yang secara acak terpilih untuk menjalani tes doping saat menyusuri lorong seusai laga kontra Manchester United.
Rekaman momen itu terjadi pada 17 Maret 2016, dalam duel leg II babak 16 besar Liga Europa. Liverpool baru saja memastikan diri lolos ke perempat final usai menahan United 1-1 di Old Trafford dan unggul agregat 3-1.
Sakho tidak senang harus menjalani tes. Dia ingin ikut bersuka ria bersama rekan di ruang ganti. Toh Sakho cuma diizinkan sebentar di pintu kamar ganti tim tamu, sebelum diminta ikut ke bawah koridor, lokasi pemeriksaan acak kepada para pemain dilakukan.
Barangkali mengalami dehidrasi lantaran pertandingan yang keras dan menegangkan sepanjang malam, butuh waktu satu jam buat Sakho menyediakan dua sampel urine yang dibutuhkan tim pemeriksa dari UEFA.
Sakho pun otomatis menjadi pemain terakhir Liverpool yang meninggalkan Old Trafford. Dia baru menuju bis tim sekitar pukul 11.30 malam alias lebih dari dua jam usai pertandingan berakhir. Suasana malam masih ceria, tapi enam pekan berselang pertandingan itu bisa dikenang Sakho untuk alasan yang berbeda, alasan yang lebih pahit.
Jumat (22/4/2016), UEFA menginformasikan kepada Liverpool bahwa ia gagal tes doping dalam laga di Old Trafford tersebut. Terdapat substansi kandungan zat pembakar lemak dalam sampel urine milik bek asal Prancis itu, yang notabene masuk daftar terlarang UEFA.
Sakho punya waktu sampai Selasa (26/4) untuk meminta sampel B diperiksa ulang oleh UEFA. Kalau pemeriksaan ulang juga terbukti positif, atau ia mengakui tuduhannya, Sakho berpotensi kena sanksi enam bulan sampai dua tahun dari UEFA!
“Sekarang masa-masa yang sulit buat Mama. Saya pernah berada di posisi itu sehingga tahu apa yang dia hadapi,” tutur bek Liverpool, Kolo Toure, yang juga pernah terganjal sanksi serupa pada 2011 ketika masih membela Manchester City.
Tanpa Sakho
Meski sanksi belum jatuh, Liverpool mengambil keputusan bijak. Sampai prosedur dan proses pemeriksaan selesai, Sakho tak akan dilibatkan dalam permainan. Ia masih diizinkan buat berlatih, tapi tak akan dipilih Juergen Klopp untuk bertanding.
Sebuah kehilangan besar. Liverpool menjalani sisa musim penting, dengan impian tampil di Liga Champions musim depan via jalur juara Liga Europa 2015/16.
Mereka masih dalam trek. Kalau pun gagal, The Reds wajib finis di lima besar untuk setidaknya bermain di ajang kompetisi antarklub Eropa lagi pada edisi mendatang. Sakho adalah bagian penting tim dalam mewujudkan ambisi tersebut.
Baca Juga:
- 10 Fakta Menarik Jelang Duel Villarreal Vs Liverpool
- Fans Liverpool Tak Bersalah, Hakim Buat 10 Kesimpulan Tragedi Hillsborough
- 6 Rekor Mencengangkan Leicester City 2015-2016
Awal musim ini, Sakho sempat ditepikan pelatih terdahulu, Brendan Rodgers, dalam laga kontra Stoke City dan Bournemouth, karena kegemukan! Barangkali, sekali lagi barangkali, hal itu yang bikin Sakho menggunakan zat tersebut, dengan asumsi praduga tak bersalah dia tak tahu kalau zat itu masuk daftar terlarang.
Sakho terus tenggelam, namun dia bangkit di era Klopp. Sakho menjalani permainan terbaiknya di tangan Klopp. Termasuk penampilan hebat di markas United tadi, serta mencetak gol ke gawang Dortmund dan Everton.
Namanya kerap didengungkan Kopites di Anfield. Sakho mulai menjadi pahlawan dan pemimpin bagi rekan-rekannya, tapi progres brilian itu bisa terhenti total ketika ia dinyatakan bersalah dan harus menjalani sanksi.
“Sakho menjalani musim yang hebat dan menjadi salah satu pemimpin tim. Melawan Dortmund atau United, permainannya brilian. Tapi, untuk seorang atlet dan pesepak bola profesional, apa yang dialaminya sungguh tak bisa diterima,” ungkap legenda Anfield, Jamie Carragher.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar