Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

4 Alasan Radja Nainggolan Layak Dihargai Chelsea Rp 597 Miliar

By Beri Bagja - Rabu, 27 April 2016 | 21:00 WIB
Gelandang AS Roma, Radja Nainggolan, melepaskan tendangan saat timnya melawan Lazio pada partai Serie A di Stadion Olimpico, 3 April 2016.
VINCENZO PINTO/AFP
Gelandang AS Roma, Radja Nainggolan, melepaskan tendangan saat timnya melawan Lazio pada partai Serie A di Stadion Olimpico, 3 April 2016.

Chelsea dilaporkan semakin dekat dengan gelandang AS Roma, Radja Nainggolan (27).

Menurut Sky Sport Italia, klub beralias The Blues itu menyiapkan uang 40 juta poundsterling atau setara Rp 597 miliar guna mengamankan jasa Radja Nainggolan.

Gelandang Belgia berdarah Batak tersebut masuk daftar incaran pelatih anyar Chelsea per musim depan, Antonio Conte. 

Pantaskah Nainggolan dihargai sedemikian tinggi? Secara tersirat, kubu Roma berpikir begitu.

"Nainggolan adalah gelandang serbabisa. Dia sangat kuat di setiap area pertandingan, jadi wajar kalau dirinya diinginkan banyak klub," ujar Direktur Olah Raga Roma, Walter Sabatini.

Berikut empat alasan yang membuktikan Nainggolan cocok dihargai mahal dan sangat diinginkan Conte.

1. Karena dialah target idaman Antonio Conte


Radja Nainggolan (kanan) memperebutkan bola dengan Arturo Vidal dalam laga Coppa Italia antara AS Roma dan Juventus di Stadion Olimpico, Roma, 21 Januari 2014.(PAOLO BRUNO/GETTY IMAGES)

Alasan termudah yang mendasari ketertarikan Chelsea ialah Nainggolan menjadi target idaman Antonio Conte sejak sang pelatih menukangi Juventus (2011-2014).

Nainggolan sering dikaitkan dengan Juve saat dirinya masih membela Cagliari (2010-2014). Alih-alih merapat ke Juventus, dia memilih pindah ke Roma pada tengah musim 2013-2014.

Skenario awalnya, Conte diyakini ingin menduetkan Nainggolan dengan Arturo Vidal di lini tengah Juve. Kedua pemain itu memiliki karakter mirip sebagai gelandang serbabisa yang fasih berperan dalam fase bertahan dan menyerang.

Kegagalan menggaet Nainggolan beberapa tahun lalu bisa ditebus Conte pada bursa musim panas 2016 walau dengan klub berbeda.

2. Kemampuan menyeimbangkan lini tengah


Gelandang AS Roma, Rajda Nainggolan (kiri), berebut bola dengan pemain Juventus, Claudio Marchisio, dalam pertandingan lanjutan Serie A 2015-2016 di Juventus Stadium, Turin, Italia, pada 24 Januari 2016.(MARCO LUZZANI/GETTY IMAGES)

Seperti kata Sabatini, Nainggolan ialah tipe pemain yang diimpikan banyak klub. Perkembangannya sangat pesat di Roma.

Ia bisa melakoni peran sebagai pemutus aliran serangan lawan, petarung, penyalur bola, pembuka peluang, sampai penembak jitu dari lini tengah. 

Kehadiran Nainggolan akan menawarkan keseimbangan lini tengah yang hilang dari Chelsea.

Melihat materi yang dipunyai The Blues musim ini, barisan gelandang tengah mereka ada di antara kondisi terlalu statis dan terlalu berorientasi menyerang.

Nemanja Matic tidak konsisten, sedangkan kurangnya aspek defensif dalam diri Cesc Fabregas sudah jadi bahasan umum.

Nainggolan bisa mengisi lubang di antara dua kondisi tersebut dengan kemampuan bertahan dan menyerang yang seimbang.

3. Cocok dengan taktik Conte


Aksi perayaan gol gelandang Roma, Radja Nainggolan, usai menjebol gawang Inter Milan dalam laga Serie A, 19 Maret 2016.(PAOLO BRUNO/GETTY IMAGES)

Kepiawaian melakoni berbagai peran membuat Nainggolan bakal cocok dengan taktik Conte kelak.

Di Italia, skill multifungsi itu dimiliki seorang tuttocampista alias gelandang yang mampu menjalankan semua tugas di lini tengah.

Conte diyakini bakal kembali menerapkan skema 3-5-2 di Chelsea. Pola tersebut sukses diterapkannya bareng Juventus dengan adanya Vidal.

Karena karakter kedua gelandang itu mirip, nantikan sistem tersebut juga tokcer bila diaplikasikan untuk Nainggolan.

Bagaimana jika Conte memakai pola lain, seperti 4-4-2, 4-3-3, atau 4-2-3-1? Jangan khawatir.

Bekal skill tuttocampista seharusnya tak akan menyulitkan Nainggolan beradaptasi dengan variasi strategi pelatih.

4. Prototipe Premier League yang sempurna


Gelandang AS Roma, Radja Nainggolan (bawah), menekel pemain Lazio, Felipe Anderson, dalam duel kedua tim, 8 November 2015. Aksi-aksi agresif ini mencerminkan hasrat besar Roma.(Paolo Bruno/Getty Images)

Seragam tim yang selalu kuyup usai peluit akhir berbunyi membuktikan kerja keras Nainggolan dalam setiap laga.

Cucuran keringat itu berasal dari upaya keras membantu serangan dan pertahanan, mengalirkan bola, melepaskan tekel atau sapuan, menyuplai peluang, hingga mengeksekusi peluang itu menjadi gol.

Kualitas fisik dan etos kerja yang prima dari Nainggolan menunjukkan dirinya seperti prototipe pemain Premier League yang sempurna.

Liga Inggris lebih mengutamakan kekuatan fisik dan kecepatan tempo daripada Italia. Berbekal kualitas lengkap, Nainggolan sepertinya tak akan keteteran menghadapi kondisi baru itu di Chelsea kelak.

[video]http://video.kompas.com/e/4862022652001_ackom_pballball[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Beri Bagja
Sumber : Berbagai sumber


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X