Pelatih Borussia Dortmund, Thomas Tuchel, berkata bahwa ahli strategi Liverpool FC, Juergen Klopp, layak mendapatkan sambutan hangat kala kembali ke BVB Stadium dalam laga perempat final leg I Liga Europa 2015-2016, Kamis (7/4/16). Akan tetapi, sambutan hangat Tuchel bisa sangat menyengsarakan Liverpool arahan Klopp.
"Kami bilang bahwa Dortmund adalah favorit juara di kompetisi ini. Saya rasa tak ada seorang pun yang mendebat hal tersebut. Jika kami tak bermain bagus, laga akan berjalan mudah bagi Dortmund," kata Klopp.
Duel melawan Dortmund menjadi partai yang sangat emosional bagi Klopp. Pelatih berkacamata itu adalah idola publik BVB Stadium.
Ketika membesut Dortmund pada 2008 hingga 2015, Klopp mempersembahkan sepasang titel Bundesliga plus keberhasilan menapak ke final Liga Champions 2012-2013.
Banyak yang menyebut Klopp jenius. Tetapi, Tuchel yang menjadi suksesor Klopp di Dortmund tak kalah jenius.
Jangan kaget jika melihat Dortmund berlatih di lapangan yang berbentuk tak lazim pada musim ini. Tuchel mencabut empat bendera sepak pojok lapangan.
Ia mengubah lapangan menjadi berbentuk seperti berlian alias tanpa garis belakang gawang! Tuchel ingin membangun kesadaran kepada pemainnya bahwa konstruksi serangan harus berakhir menuju gawang bukan sisi terluar lapangan.
"Best-possible performance when faced with a really tough task“ #bvblfc https://t.co/VzeAWNXW1V pic.twitter.com/gsKjFPTz0I
— Borussia Dortmund (@BVB) April 6, 2016
Tuchel tak ingin kehabisan tenaga meneriaki pemainnya agar menjadikan kotak penalti lawan sebagai muara serangan.
Latihan dengan lapangan berbentuk berlian adalah siasat pelatih berusia 42 tahun itu agar tak terlihat sebagai seorang diktator di hadapan para pemainnnya.
"Jika saya memberitahu pemain tentang apa yang tidak boleh mereka perbuat, saya kritikus. Namun, peran saya adalah pelayan. Saya di sini untuk membantu dan mendukung pemain," ujar Tuchel.
Tuchel sangat adaptif soal strategi. Formasi bisa serta-merta berubah, menyesuaikan lawan yang akan dihadapi anak asuhnya.
Ketika melatih Mainz pada 2010-2011, Tuchel menerapkan skema 4-1-4-1 untuk menggebuk juara bertahan Bayern Muenchen (2-1) arahan Louis van Gaal.
Semusim berselang Mainz arahan Tuchel kembali menaklukkan Bayern (3-2), kali ini dengan format 4-3-2-1.
Selain dibekali pengetahuan mumpuni soal taktik, Tuchel juga merupakan motivator ulung.
Ia tak alergi dengan kesalahan. Ketika Mainz secara mengejutkan disingkirkan klub Rumania, Gaz Metan, pada Kualifikasi III Liga Europa 2011-2012, Tuchel malah mengutip kalimat pebasket legendaris, Michael Jordan.
"Saya telah gagal dalam lebih dari 900 tembakan di sepanjang karier. Saya nyaris kalah dalam 300 pertandingan. Sebanyak 26 kali, saya dipercaya mengambil tembakan menentukan dan gagal. Saya gagal dan gagal lagi. Karena itu saya sukses."
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Guardian, Bundesliga, Deutsche Welle |
Komentar