Stephan El Shaarawy ibarat mumi yang bangkit dari kuburnya. Kiprah apik Sang Firaun Kecil bareng AS Roma dianggap telah menyudutkan CEO Milan, Adriano Galliani.
Penulis: Sem Bagaskara
Usai meledak bersama Milan dengan koleksi 16 gol dalam 37 penampilan di Serie A 2012-2013, El Shaarawy gagal mempertahankan level performa pada sepasang musim berikut.
Gangguan cedera yang datang silih berganti membuat El Sha hanya mengecap 24 partai sepanjang musim 2013-2014 sampai 2014-2015.
Perbendaharaan gol sang penyerang berdarah Mesir ini pun menurun drastis, yakni cuma tiga biji dalam rentang dua musim tersebut.
El Shaarawy kian tampak seperti mumi (mayat yang diawetkan) karena tak mampu memberikan banyak kontribusi.
Milan pun tak merasa berat hati ketika meminjamkan El Sha ke AS Monaco lalu kemudian ke Roma pada paruh kedua 2015-2016.
Bahkan, Milan berani menyertakan opsi pembelian senilai 13 juta euro kala bertransaksi dengan Roma Januari silam.
Nominal itu terlihat sangat kerdil dibanding proposal sebesar 40 juta euro yang pernah ditawarkan Anzhi Makhachkala kepada Milan untuk merekrut El Shaarawy pada 2013.
El Shaarawy hanya perlu waktu tiga bulan untuk membuat Milan merasa bersalah. Dalam delapan kesempatan mentas di paruh kedua Serie A 2015-2016, El Sha sudah mengemas 5 gol.
Andai El Shaarawy mampu menjaga ketajaman sampai akhir musim, Roma besar kemungkinan tak akan ragu menginvestasikan 13 juta euro untuk membuat permanen status sang penyerang.
Presiden Milan, Silvio Berlusconi disebut jengah melihat El Shaarawy tajam bersama klub lain.
Di lain pihak, skuat Milan asuhan Sinisa Mihajlovic masih dilanda problem kesulitan bikin gol.
"Saya hanya mengeluh karena melihat Milan yang tidak saya sukai. Saya tak tahu apakah hal ini berkaitan dengan pelatih, atau klub yang tak mengerti soal bagaimana cara merekrut pemain. Ini bukan cuma kesalahan Mihajlovic," kata Berlusconi.
Berlusconi tak menyebut nama. Tapi, pernyataan tersebut jelas membuat Galliani yang bertugas mengurus lalu lintas transfer klub merasa tersudut.
Galliani disebut sosok yang mematikan karier El Shaarawy di Milan. Hubungan keduanya merenggang begitu pembicaraan transfer dengan Anzhi pada 2013 kolaps.
Potensi hadirnya pundi-pundi euro memaksa Galliani mengusir El Shaarawy. Di lain sisi, El Sha menganggap Anzhi bukanlah tempat yang tepat untuk mengembangkan potensi besarnya.
Setelah kejadian itu, situasi di Milan tak pernah lagi sama bagi El Shaarawy. Ia bak dipaksa menjadi mumi oleh Galliani.
Pendekatan Gallliani yang kerap buru-buru melepas talenta muda tak cuma sekali terjadi.
Senasib dengan El Shaarawy, Matteo Darmian (dilepas ke Palermo), Pierre-Emerick Aubameyang (Saint-Etienne), hingga Riccardo Saponara (Empoli), langsung ditunjukkan pintu keluar San Siro begitu datang tawaran lumayan dari klub lain.
5 - Gol Stephan El Shaarawy pada paruh kedua musim ini di Serie A.
Di tempat lain, "mumi-mumi" Galliani itu bangkit dan melesat menjadi pemain penting dengan nilai pasar tinggi.
Tak heran jika fans Milan sangat sering menuntut Galliani agar segera angkat kaki.
Penggantinya? Jajak pendapat di milannews.it mengungkap sekitar 92,3 persen fans menginginkan Walter Sabatini menggantikan tugas Galliani.
Siapa Sabatini? Ia adalah sosok yang dipuja-puja karena menuntaskan transaksi bagus buat Roma di bursa transfer Januari 2016.
Perekrutan terbaiknya tak lain adalah Diego Perotti dan El Shaarawy.
Apabila Sabatini memutuskan bertahan di Roma, eks pemain Milan yang kini bekerja sebagai Direktur Olah Raga Benfica, Manuel Rui Costa, sangat layak masuk sebagai kandidat, meski namanya nyaris tak pernah dicuatkan media.
Selama bekerja untuk Benfica, Rui Costa melakukan sejumlah pembelian cerdas, di antaranya Javi Garcia, Ramires, Nicolas Gaitan, Axel Witsel, Ezequiel Garay, Nemanja Matic, hingga Lazar Markovic.
[video]http://video.kompas.com/e/4809585797001_ackom_pballball[/video]
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.660 |
Komentar