Seketika saya bengong melihat Twitter dengan tagar #manorrongsok atau soal rehabilitasi manor. Terlintas dalam pikiran bahwa Presiden Republik Indonesia turun tangan langsung dengan menggunakan hak prerogatifnya
Ternyata itu hanya wujud kekesalan fans terhadap Manor F1 Racing Team. Namun saya anggap itu wajar, harapan Rio Haryanto sebagai pahlawan dari Indonesia untuk berprestasi maksimal bukanlah hal yang aneh.
Kekesalan para fans muncul karena hasil yang didapat Rio kurang baik. Celakanya ketidakberuntungan Rio karena kelemahan tim dalam mengantisipasi keadaan.
Perintah keluar dari pit saat latihan resmi (Q1) yang berbuntut insiden dengan Romain Grosjean, jadi pemicu. Rio saat itu tinggal menunggu komando. Begitu juga saat Rio harus keluar dari kokpit MRT05-nya lebih awal.
Kendati demikian ada hal yang menggembirakan, karena saat kualifikasi waktu yang didapat Rio lebih baik dari rekannya, Pascal Wehrlein, 1-0 untuk Rio Haryanto.
Rio terpaksa tidak bisa melanjutkan balapan diakibatkan adanya problem pada transmisi, tepatnya drive line. Bocornya oli di as roda belakang membuat tim memutuskan untuk tidak mengizinkan Rio restart usai red flag. Risiko jika dipaksa adalah jebolnya gearbox. Hal tersebut bisa membuat Rio lebih sulit menjalani balapan mendatang.
Menurut regulasi musim 2016, setiap pebalap diwajibkan memakai gearbox untuk 6 seri balapan. Sanksinya, setiap penggantian gearbox akan berakibat mundur 5 posisi start. Di tulisan awal Mendadak F1, saya sebutkan menyatukan kekuatan engine, body works dan aerodinamika yang mumpuni memerlukan waktu.
Improvement
Transmisi Manor Racing disuplai oleh Williams Advance Engineering yang sudah teruji. Komponen tersebut cukup kompak dengan mesin Mercedes yang andal
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar